Halaman Muka

Kamis, 31 Mei 2012

Inspirasi : Nikmati Kopinya, Dan Bukan Gelasnya

Suatu hari beberapa alumni University California Berkeley yg sudah bekerja dan mapan dalam karir, mendatangi profesor kampus mereka yg kini sudah lanjut usia. Mereka membicarakan banyak hal yg menyangkut pekerjaan dan akhirnya mereka masing-masing mengungkapkan keluhan serta protes terhadap pekerjaan maupun kehidupan mereka.


Sang profesor lalu ke dapur dan membawa seteko kopi panas. Di sebuah nampan ia membawa bermacam-macam cangkir. Ada yg terbuat dari kaca, kristal, melamin, beling dan plastik. Beberapa cangkir nampak indah dan mahal, tetapi ada juga yg bentuknya biasa-biasa saja dan terbuat dari bahan yg murah. “Silahkan masing-masing mengambil kopi dan menuangkannya sendiri." Sang profesor mempersilahkan.
Setelah masing-masing memegang cangkir berisi kopi, profesor itu berkata “Perhatikanlah semua, bahwa kalian memilih cangkir-cangkir yg bagus dan yg kini tertinggal hanya cangkir-cangkir yg murah dan tidak begitu menarik. Memilih yang terbaik adalah normal. Tetapi sebenarnya disitulah letak persoalannya. Ketika kalian tidak mendapatkan cangkir yang bagus, perasaan kalian menjadi terganggu. Kalian mulai melihat cangkir yg di pegang oleh orang lain dan membandingkannya dengan cangkir yang kalian pegang. Pikiran kalian terfokus pada cangkir, padahal yg ingin kalian nikmati bukanlah cangkirnya melainkan kopinya.”

Sang profesor lalu melanjutkan, "Sesungguhnya kopi itu adalah kehidupan kita sedangkan cangkir adalah pekerjaan, jabatan, uang dan posisi yang kita miliki. Jangan pernah membiarkan cangkir yang merupakan wadah dari kopi tersebut mempengaruhi kopi yang ingin kita nikmati. Pekerjaan, jabatan dan status kita di dalam pekerjaan atau di masyarakat hanya merupakan “wadah” yang seharusnya tidak mempengaruhi kualitas kehidupan kita. Orang boleh saja menaruh kopi di dalam cangkir kristal yang mahal dan indah, tetapi belum tentu mereka dapat merasakan nikmat dari kopi tersebut. Artinya, ada sebagian orang yang menurut penglihatan jasmaniah kita begitu beruntung dan berbahagia, tetapi belum tentu mereka dapat menikmati indahnya karunia kehidupan yang di berikan Tuhan.


Tak jarang Kita menggerutu dan menyesali keadaan. Begitu banyak segi kehidupan yang membuat kita merasa tidak puas dan akhirnya melupakan pemberian Tuhan yang sangat berharga, yaitu kehidupan itu sendiri. Cerita diatas memberikan pelajaran penting agar kita tidak terlalu mempersoalkan mengenai cara Tuhan “mengemas” kehidupan masing-masing orang.

Mari kita belajar menghargai dan mensyukuri hidup ini bagaimanapun cara Tuhan “mengemas”nya untuk masing-masing individu. Tuhan tidak pernah "result oriented" atas apa yang dilakukan manusia, namun "process oriented" ketika Kita semua menghadap-Nya. Karena itu Dia tidak pernah melihat "cangkirnya" namun "isinya". Semoga tulisan sederhana ini dapat menambah "bekal" untuk hidup Kita kini dan "nanti". . .



Sumber :  

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...