(Bagian Kedua)
Saat ini jujur adalah perkara yang sulit ditemui, banyak orang tidak percaya kepada orang lain karena kebohongan orang tersebut. Kebohongan tersebut memang biasanya terasa manis namun sesungguhnya beracun. Banyak diantara kita dirugikan karena kebohongan orang lain. Dan celakanya banyak orang yang tidak tahu kalau kita sering dibohongi oleh orang lain. Memang tidak mudah untuk mengetahui orang lain berkata jujur atau berbohong.
Saat ini jujur adalah perkara yang sulit ditemui, banyak orang tidak percaya kepada orang lain karena kebohongan orang tersebut. Kebohongan tersebut memang biasanya terasa manis namun sesungguhnya beracun. Banyak diantara kita dirugikan karena kebohongan orang lain. Dan celakanya banyak orang yang tidak tahu kalau kita sering dibohongi oleh orang lain. Memang tidak mudah untuk mengetahui orang lain berkata jujur atau berbohong.
Namun bukan berarti kita tidak bisa mengetahui bahwa orang
lain tersebut jujur atau tidak. Salah satu “alat deteksi” kebohongan
adalah dengan melihat komunikasi nonverbal. Dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa secara virtual mustahil bagi kita untuk memonitor dan
mengontrol segala macam saluran ini sekaligus, bahkan orang-orang yang
sering berkata bohong dan yang sering melakukan kebohongan praktis
(misalnya para negosiator, artis peran, wiraniaga) sekalipun seringkali
masih dapat diketahui kebohongannya melalui beberapa saluran isyarat
nonverbal.
Sebagai contoh, jika mereka sibuk mengatur ekspresi wajah dan
kontak matanya, maka fakta bahwa mereka sedang berbohong mungkin masih
dapat dilihat melalui gerakan dan postur tubuhnya, atau melalui
perubahan aspek-aspek cara berbicara nonverbalnya – nada suaranya dan
isyarat-isyarat lain yang terkait.
Ada beberapa inkator isyarat nonverbal yang dapat Kita lihat dari seseorang yang sedang melakukan kebohongan antara lain :
Mikroekspresi,
yaitu ekspresi wajah yang datar dan hanya berlangsung selama
sepersekian puluh detik. Reaksi semacam itu tampak di wajah secara cepat
sekali setelah terjadinya peristiwa yang membangkitkan emosi dan sulit
untuk disembunyikan rapat-rapat. Reaksi ini cukup dapat memperlihatkan
perasaan atau emosi yang sebenarnya. Jadi, jika Anda memiliki alasan
untuk mencurigai bahwa seseorang sedang berbohong, katakan tentang
sesuatu yang anda rasa dapat membuat orang itu terkejut atau
tersinggung, lalu perhatikan baik-baik wajahnya pada saat Anda
mengatakan hal itu kepadanya. Bila Anda melihat sebuah ekspresi yang
kemudian dengan sangat cepat diikuti oleh ekspresi lain yang berbeda,
waspadalah: orang itu mungkin sedang mencoba membohongi Anda.
Diskrepansi
antar saluran, yaitu ketidakkonsistenan di antara isyarat-isyarat
nonverbal yang berasal dari saluran-saluran yang berbeda.
Ketidakkonsistenan itu berakar pada fakta, bahwa orang yang sedang
berbohong menemui kesulitan untuk mengontrol semua saluran itu
sekaligus. Sebagai contoh, seorang terdakwa yang sedang mencoba
berbohong mungkin berhasil mengatur ekspresi wajahnya dan tetap mampu
menjaga kontak mata yang tinggi dengan para juri. Tetapi, pada saat yang
sama, ia mungkin memperlihatkan perubahan sikap tubuh atau gerakan
tubuh yang menunjukkan bahwa ia sedang mengalami rangsangan emosional
yang tinggi.
Paralanguage. Ketika orang berbohong, pitch suaranya
seringkali meninggi, dan mereka cenderung berbicara lebih lamban dan
kurang lancar. Selain itu, mereka sering melakukan sentence repair
(perbaikan kalimat) – misalnya dengan memulai sebuah kalimat,
memotongnya, kemudian memulainya lagi. Jadi, dengarkan baik-baik. Jika
Anda melihat adanya perubahan-perubahan di dalam suaranya, orang
tersebut mungkin sedang berbohong.
Kontak mata. Orang-orang yang sedang berbohong lebih sering mengedipkan mata dan pupil matanya lebih melebar dibanding mereka yang tidak berbohong. Mereka mungkin juga memperlihatkan kontak mata yang lebih rendah dibanding biasanya atau – yang mengejutkan – justru lebih tinggi dibanding biasanya, ketika mereka mencoba berpura-pura jujur dengan memandang langsung ke mata lawan bicaranya.
Ekspresi wajah yang berlebihan. Sebagai contoh, mereka
mungkin tersenyum lebih banyak – atau lebih lebar – dibanding biasanya,
atau memperlihatkan kesedihan atau emosi lain yang lebih besar dibanding
ekspresi tipikalnya ketika menghadapi situasi yang sama. Sebagai contoh:
jika seseorang menjawab “tidak” untuk permintaan Anda kemudian
memperlihatkan penyesalan yang berlebihan, maka ini merupakan tanda yang
jelas bahwa alasan yang diberikannya untuk menolak permintaan Anda
mungkin tidak akurat.
Dengan memperhatikan isyarat-isyarat non verbal
ini secara saksama serta parameter lainnya (silahkan lihat di : Cara Mengetahui Seseorang Sedang Berbohong, Bagian Pertama), kita seringkali dapat mengetahui bahwa orang lain
sedang membohongi kita – atau sekadar mencoba menyembunyikan perasaannya
dari kita. Tetapi, keberhasilan kita dalam hal ini jauh dari sempurna.
Para pembohong yang luar biasa ahli seringkali tetap mampu membohongi kita. Tetapi “pekerjaan” mereka menjadi lebih sulit jika kita betul-betul memperhatikan petunjuk-petujuk di atas. Dan untuk mempelajari lebih mendalam dalam masalah ini tentunya memerlukan banyak usaha dan latihan. Tentunya hal ini bisa berguna bagi Kita untuk memahami orang lain dan mengambil langkah selanjutnya yang diperlukan.
Karena bagaimanpun juga orang berbohong tentunya mempunyai maksud dan alasan sendiri dan bila kita bisa menemukan dan memahaminya tentunya kita akan lebih arif menghadapi orang tersebut. Menjadi lebih arif dalam menghadapi orang yang sedang berbohong, bukan berarti Kita tidak bersikap atau tidak melakukan sesuatu. Kita tetap harus bersikap dan mengambil langkah selanjutnya atas kebohongan yang dilakukan orang lain.
Artikel lain yang terkait :
Para pembohong yang luar biasa ahli seringkali tetap mampu membohongi kita. Tetapi “pekerjaan” mereka menjadi lebih sulit jika kita betul-betul memperhatikan petunjuk-petujuk di atas. Dan untuk mempelajari lebih mendalam dalam masalah ini tentunya memerlukan banyak usaha dan latihan. Tentunya hal ini bisa berguna bagi Kita untuk memahami orang lain dan mengambil langkah selanjutnya yang diperlukan.
Karena bagaimanpun juga orang berbohong tentunya mempunyai maksud dan alasan sendiri dan bila kita bisa menemukan dan memahaminya tentunya kita akan lebih arif menghadapi orang tersebut. Menjadi lebih arif dalam menghadapi orang yang sedang berbohong, bukan berarti Kita tidak bersikap atau tidak melakukan sesuatu. Kita tetap harus bersikap dan mengambil langkah selanjutnya atas kebohongan yang dilakukan orang lain.
Artikel lain yang terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar