By Admin
Peristiwa ini terjadi setelah berakhirnya meeteng sebuah perusahaan yang bergerak di bidang product obat dan alat kesehatan. Dua hari setelah meeteng tersebut, salah seorang yang tidak hadir karena sakit menanyakan kepada rekan kerjanya yang mengikuti meeteng. " Hallo mas Bro.. Meeteng kemarin apa saja yang dibicarakan...? Kali aja ada program dan strategi baru atau hal apa saja yang penting..." tanya karyawan yang tidak hadir dalam meeteng karena sakit. Yang cukup mengagetkan penanya adalah jawaban rekan kerja yang menghadiri meeteng bulanan tersebut. " Wah tau dech... tanya aja ama si Boss. Tapi meeteng kemarin menu makan siangnya oke punya dan ada rekan baru yang cantik, bodynya oke, bla..bla..bla...". Hmmm.. sebuah jawaban yang cukup tragis.
Lain cerita, ada juga seorang rekan kerja yang curhat tentang suaminya. Dia curhat bahwa suaminya adalah pendengar yang teramat baik. Saking baiknya, setelah sang istri bercerita panjang lebar, sang suami menanyakan kembali bahan pembicaraan yang dari awal dibicarakan... cape dech...
Dari dua ilustrasi di atas, kiranya Kita dapat menarik benang merah bahwa ada yang salah dalam mendengarkan pembicaraan. Ya... mendengar.. dan tentu saja dengan menghilangkan faktor adanya error / masalah dengan alat pendengaran. Bila ini terjadi, solusinya cukup mudah yaitu periksa pada dokter spesialis hidung dan tenggorokan (THT).
Salah
satu hal yang membuat hal tersebut terjadi adalah karena kurangnya
kemampuan komunikasi kita. Dan lebih spesifik lagi adalah kurangnya
kemampuan mendengarkan. Mendegarkan? Yah, memang kita dapat mendengar apa
yang disampaikan tapi terkadang kita tidak “mendengar” apa maksud atau
makna yang orang lain sampaikan. Untuk memahami kemampuan mendengarkan
ini, setidaknya kita harus mengerti tentang 3 perbedaan level
komunikasi yaitu : fakta, pendapat atau keyakinan, dan perasaan atau
emosi. Dengan memahami level komunikasi tersebut kita dapat mengetahui apa
sebenarnya yang disampaikan oleh lawan bicara kita dan mencegah terjadinya misspresepsi atas apa yang dibicarakan.
Dalam prakteknya, ada salah
satu poin penting yang agar Kita dapat mendengarkan secara efektif, yaitu
menyingkirkan segala hal yang menghambat pesan tersebut. Beberapa cara
yang bisa mengurangi hambatan tersebut adalah :
- Berhenti bicara. Akan banyak kesulitan dalam memahami isi pembicaraan bila Anda mendengarkan juga bicara dalam waktu yang sama. Bila semua berbicara maka semuanya tidak akan mendengarkan kecuali sedang "adu mulut" atau "debat kusir" yang ujung-ujungnya adalah kontes siapa yang paling keras bicara dialah pemenangnya.
- Dalam kondisi nyaman. Melakukan komunikasi dengan suasana yang nyaman dan relaks membuat semua orang bisa berkomunikasi secara efektif. Beri waktu khusus bagi kita untuk berkomunikasi. Sehingga tidak terjadi interupsi. Nyaman dalam hal ini bersifat relatif. Terkadang bila terlalu ngaman, bisa jadi ada yang tertidur karena suasana yang demikian.
- Buang segala gangguan yang mungkin timbul. Pendengar yang baik seharusnya mematikan TV , radio, berhenti membaca buku, bahkan handphone sekalipun . Anda harus memberikan perhatian penuh. Menggunakan handphone untuk sms atau BBM (meski dalam keadaan silent) pada saat meeteng sangat tidak disarankan. Karena konsentrasi akan terpecah dan informasi yang diterima akan sepotong-sepotong.
- Berempati. Terkadang hal yang disampaikan tidak sesuai dengan pandangan kita. Namun hargai pendapatnya. Cobalah melihat dari sudut pandang orang tersebut. Dengan melihat dari sudut pandang pembicara, Kita dapat melihat suatu hal dengan gambaran (deskripsi) yang utuh dan proporsional. Salah satu syarat untuk dapat melakukan hal tersebut, Kita harus memiliki pikiran yang terbuka (open mind , silahkan lihat : Bukalah Pikiranmu).
- Bersabar. Ada beberapa orang yang kurang pandai menjelaskan sesuatu. Mereka membutuhkan waktu untuk menyampaikan inti permasalahan. Sedikit catatan bagi pembicara, bila terlalu lama dalam penyampaian apalagi dengan jalan berliku-liku, tentu saja hal ini menyebabkan pendengar menjadi bosan dan tidak fokus dalam mendengarkan bahan pembicaraan.
- Jangan tergesa-gesa memberikan pendapat atau persetujuan. Jangan langsung memberikan suatu pendapat atau persetujuan dengan cepat. Coba pahami permasalah dengan komprehensif. Dan bila anda terlalu cepat menyimpulkan sesuatu belum tentu hal tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan bersama.
Mendengarkan memang salah satu kemampuan penting manusia. Kemampuan
mendengarkan ini sangat dibutuhkan seorang pemimpin dalam mendengar
aspirasi dari apa yang dipimpinnya. Tidak hanya aspirasi saja namun juga dalam mengambil keputusan yang bersifat teknis dan startegis terkait jalannya organisasi. Hal ini juga dibutuhkan sepasang suami-istri
dalam menjalin hubungannya. Dari semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia sebagai makhluk sosial, kemampuan mendengar sangat diperlukan dalam kesehariannya.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa mendengarkan secara efektif?
Mendengarkan
secara efektif ini bisa terjadi ketika kita mampu menangkap isi pesan
atau memahami maksud dari pembicara. Setidaknya ada 2 cara agar Anda
bisa mendengarkan secara efektif
1. Mendengarkan secara aktif
Mendengarkan
secara aktif ini merupakan cara mendengarkan untuk memperoleh informasi
lebih, meningkatkan pemahaman tentang pandangan seseorang, atau agar
bisa bekerja sama secara efektif dengan orang lain. Pendekatan ini tidak
hanya mempelajari dan mengingat apa yang dikatakan tapi juga
mengkomunikasikan minat terhadap bahan pembicaraan.
Mendengarkan aktif bisa dilakukan dengan:
- Melihat dan mendengarkan secara antusias. Menggunakan kontak mata secara aktif. Posisi tubuh yang baik dan ekspresi wajah yang menunjukan penuh perhatian. Hindari bahasa tubuh yang mengganggu seperti bermain pensil atau menggambar. Dan tunjukan beberapa pendapat seperti “oke”, “terus..” sehingga mendorong orang untuk melanjutkan pembicaraan.
- Adopsi pandangan orang tersebut. Coba pahami sudut pandang pembicara. Tahan untuk mengungkap reaksi atau pendapat hingga dia selesai menjelaskan. Berempatilah dengan sudut pandang orang tersebut. Pahami perasaanya bukan hanya perkataannya. Dan coba respon dengan menggunakan sudut pandang orang tersebut, bukan sudut pandang pribadi.
- Klarifikasi pemikiran dan perasaan orang tersebut. Coba klarifikasi apa yang telah dibicarakan. Saat pembicara berhenti, coba Tanya dengan pertanyaan terbuka seperti “Bagaimana perasaan Anda tentang X?”, “bisakah anda ceritakan tentang X?”, “Apa pendapat anda tentang X?”. Gunakan cara refleksi untuk memahami perasaan pembicara seperti “Jadi, apakah Anda puas dengan perkembangan X?”
2. Merefleksikan
Tipe
refleksi ini biasa digunakan dalam teknik konseling, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan pemahaman tentang pikiran dan khususnya perasaan
orang. Biasanya teknik ini digunakan untuk membantu sesorang untuk
mengeksplorasi pemahaman sesorang tentang sesuatu. Adapun macamnya adalah sebagai berikut :
- Mencerminkan perasaan dan pemikiran pembicara. Nyatakanlah kembali apa pembicara katakan untuk mengetahui pemahaman kita, contohnya: " Jadi, kamu tidak bisa menyelesaikan tugas tepat waktu?" "Menurut kamu waktu yang diberikan tidak cukup?". Hal ini digunakan juga untuk memahami perasaan pembicara. "Kamu tampak merasanya tidak tertarik dengan masalah ini sebab tidak bisa menyelesaikan tugas tepat waktu?". Cobalah untuk menginterprestasi perasaan orang tersebut, seperti : ” Anda tampak marah dengan kondisi saat ini”. Hal ini bisa Anda lakukan dengan melakukan penekanan atau pengaturan intonasi terhadap perasaan yang mungkin dialami oleh pembicara.
- Merespon daripada memimpin pembicaraan. Saat lawan bicara mengutarakan pemikiran dan perasaan. Jangan sampai anda mengarahkan kepada sesuatu yang diminati. Ambilah sikap netral. Anda cukup memberikan respon dari apa yang diungkapkan lawan bicara Anda. Misalnya : “Jadi Anda merasa terpaksa melakukan tugas ini?”. Cobalah untuk tetap menggunakan paradigma pasangan Anda. Coba gali lagi dengan pertanyaan seperti : “Mengapa?”
- Merespon kepada perasaan daripada isi yang disampaikan. Coba tangkap perasaan yang dialami oleh lawan bicara Anda. Hal ini mempunyai banyak makna lebih daripada apa isi yang disampaikan. Anda akan membantu lawan bicara Anda mengekspolarasi diri lebih banyak lagi ketika hal ini menyangkut perasaanya (contoh : “Jadi kamu kecewa ketika X tidak datang?) daripada isi (“Mengapa X tidak membantu Anda?”. memahami perasaan seorang ini bisa Anda pahami dengan dengan menyakan secara spesifik suatu persoalan (“Anda adalah bawahan Y, dan Anda mendapat tugas yang tidak sesuai dengan bidang Anda?” daripada suatu hal yang bersifat umum (“jadi manajemen disini kurang professional?”).
Mudah-mudahan, tulisan sederhana di atas dapat Kita manfaatkan dalm kehidupan sehari-hari agar hidup menjadi "lebih hidup" dan bermakna untuk kini dan "nanti", semoga....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar