Di era informasi ini dunia berjalan sangat cepat. Keadaan itu secara tidak langsung merubah prilaku manusia yang menjalaninya. Kita merasakan bahwa tuntutan-tuntutan dalam hidup semakin bertambah. Tuntutan dan tekanan dalam lingkungan, pergaulan, pekerjaan dan lain sebagainya terkadang dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan tidur di waktu malam. Pada malam hari, tubuh manusia mengeluarkan hormon melatonin yang memerintahkan tubuh untuk beristirahat. Namun karena berbagai hal tersebut di atas tubuh manusia tidak dapat beristirahat di waktu malam, dan para pakar medis menyebutnya insomania.
Insomnia
adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk tidur atau
mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut
biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan
oleh adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis. Dalam
hal ini, bantuan medis atau psikologis akan diperlukan.
Salah satu
terapi psikologis yang efektif menangani Insomnia adalah terapi kognitif. Dalam
terapi tersebut, seorang pasien diajari untuk memperbaiki kebiasaan tidur dan
menghilangkan asumsi yang kontra-produktif mengenai tidur. Banyak penderita
Insomnia tergantung pada obat tidur dan zat penenang lainnya untuk bisa
beristirahat. Semua obat sedatif memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan
psikologis berupa anggapan bahwa mereka tidak dapat tidur tanpa obat tersebut.
Insomnia bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki
berbagai penyebab, seperti kelainan emosional, kelainan fisik dan pemakaian
obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia
lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan gangguan emosional, seperti
kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang seseorang sulit tidur
hanya karena badan dan otaknya tidak lelah.
Dengan bertambahnya usia, waktu
tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4 menjadi
lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih banyak
terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir bahwa
mereka tidak cukup tidur. Pola terbangun pada dini hari lebih sering ditemukan
pada usia lanjut. Beberapa orang tertidur secara normal tetapi terbangun
beberapa jam kemudian dan sulit untuk tertidur kembali. Kadang mereka tidur
dalam keadaan gelisah dan merasa belum puas tidur.
Terbangun pada dini hari,
pada usia berapapun, merupakan pertanda dari depresi. Orang yang pola tidurnya
terganggu dapat mengalami irama tidur yang terbalik, mereka tertidur bukan pada
waktunya tidur dan bangun pada saatnya tidur.
* Jet lag
(terutama jika bepergian dari arah timur ke barat)
* Bekerja pada malam hari
*
Sering berubah-ubah jam kerja
* Penggunaan alkohol yang berlebihan
* Efek
samping obat (kadang-kadang)
* Kerusakan pada otak (karena ensefalitis, stroke,
penyakit Alzheimer)
Pengobatan Insomnia
Pengobatan Insomnia tergantung kepada
penyebab dan beratnya Insomnia. Orang tua yang mengalami perubahan tidur karena
bertambahnya usia, biasanya tidak memerlukan pengobatan, karena perubahan
tersebut adalah normal. Penderita Insomnia hendaknya tetap tenang dan santai
beberapa jam sebelum waktu tidur tiba dan menciptakan suasana yang nyaman di
kamar tidur; cahaya yang redup dan tidak berisik.
Jika penyebabnya adalah stres
emosional, diberikan obat untuk mengurangi stres. Jika penyebabnya adalah
depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika gangguan tidur berhubungan dengan
aktivitas normal penderita dan penderita merasa sehat, bisa diberikan obat
tidur untuk sementara waktu.
Alternatif lain untuk mengatasi Insomnia tanpa
obat-obatan adalah dengan terapi hipnosis atau hipnoterapi. Penyembuhan
Insomnia akan lebih efektif apabila penyebab Insomnia diatasi terlebih dahulu.
Ada 12 aturan tidur yang sehat (menurut WHO):
1. Berbaring di tempat tidur
ketika benar-benar ingin tidur. Tetapi usahakan pada waktu yang sama ketika
akan pergi tidur.
2. Jangan menggunakan ranjang untuk aktivitas lain selain
untuk tidur. Aktivitas lain seperti membaca, nonton TV, makan, telepon.
Kebiasaan menggunakan ranjang untuk aktivitas lain membuat kebiasaan untuk
terjaga ketika berbaring di ranjang.
3. Pasang alarm untuk bangun pada waktu
yang sama. Tanpa memandang lama waku tidur malam. 4. Usahakan untuk tidak tidur
siang.
5. Jangan meminum alkohol sedikit pun. Alkohol dapat membuat tidur gelisah.
6. Jangan mengkonsumsi kopi atau minuman yang mengandung kafein atau obat
mengandung kafein beberapa jam sebelum waktu tidur. Karena kafein sebagai
stimulan, dapat meningkatkan denyut jantung sehingga tubuh dapat terjaga
sepanjang malam.
7. Jangan merokok beberapa jam sebelum tidur. Rokok mengandung
nikotin yang dapat meningkatkan semangat karena berefek sebagai neurostimulan.
8. Olahraga pada sore hari (6 jam sebelum tidur). Latihan peregangan otot atau
jalan kaki secukupnya selama 20 menit. Hal ini akan meningkatkan metabolisme
dan suhu badan, lalu akan menurun sekitar 6 jam kemudian yang berefek pada
tidur yang nyenyak.
9. Sediakan waktu transisi untuk tidur degan mengurangi
tingkat aktivitas sebelum tidur, hilangkan rasa cemas akan pekerjaan yang belum
selesai, hari esok dan pikiran lainnya. Melakukan akivitas dengan tenang dan
santai.
10. Membersihkan diri sebelum tidur, memastikan pintu telah terkunci,
dan menyesuaikan pencahayaan lampu, supaya merasa aman dan nyaman pada saat
tidur.
11. Memastikan tidak ada cahaya terang atau suara yang dapat mengganggu
dan pastikan suhu ruang tidur nyaman.
12. Keadaan lapar atau setelah makan
banyak dapat menghambat tidur. Bagaimanapun jika merasa lapar sebaiknya makan
makanan kecil atau minum segelas susu hangat sangat tepat untuk mengatasi
masalah ini. Selain itu, kebutuhan magnesium dan kalsium sebaiknya dipenuhi,
karena kekurangan keduanya dapat meyebabkan tidur tidak nyenyak. Magnesium
dapat merelaksasikan otot dan kalsium berefek sebagai penenang pikiran. Kedua
zat ini dapat diperoleh salah satunya pada susu. Karbohidrat kompleks yang
terdapat pada roti dapat memacu pengeluaran serotin yang dapat merangsang rasa
kantuk. Serotin juga dapat dipicu oleh asam amino triptofan yang terdapat pada
susu, selain itu triptofan juga memicu pengeluaran hormon melatonin yang
memerintahkan tubuh untuk untuk istirahat. Hormon ini akan dikeluarkan ketika
sinar matahari mulai redup.
Komplikasi akibat insomania |
Insomania juga dapat menyebabkan beberapa komplikasi bagi para penderitanya. Hubungan Insomnia dengan Tingkat Kematian Sebuah survei dari 1,1 juta
penduduk di Amerika yang dilakukan oleh American Cancer Society menemukan bahwa
mereka yang dilaporkan tidur sekitar 7 jam setiap malam memiliki tingkat
kematian terendah, sedangkan orang-orang yang tidur kurang dari 6 jam atau
lebih dari 8 jam lebih tinggi tingkat kematiannya. Tidur selama 8,5 jam atau
lebih setiap malam dapat meningkatkan angka kematian sebesar 15%. Insomnia
kronis-tidur kurang dari 3,5 jam (wanita) dan 4,5 jam (laki-laki) juga dapat
menyebabkan kenaikan sebesar 15% tingkat kematian. Setelah mengontrol durasi tidur
dan Insomnia, penggunaan pil tidur juga berkaitan dengan peningkatan angka
kematian.
Sumber referensi:
Sumber referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar