Selain makna sebenarnya, frase “jalan ditempat” juga mempunyai makna
kiasan. Ketika bisnis kita tidak kunjung berkembang, karir kita tidak
naik-naik, atau kehidupan kita tidak juga membaik; kita menyebutnya
‘jalan ditempat’ atau ‘stagnan’. Masalahnya, setiap aspek kehidupan kita
tidak selamanya berada dalam ‘mode maju’. Kadang kita harus memasuki
masa-masa jalan ditempat itu. Faktanya, ‘jalan ditempat’ itu adalah
salah satu bagian dari siklus kehidupan yang mesti kita jalani. Tidak
peduli sudah sebaik apa usaha yang kita lakukan, kita belum juga bisa
beranjak dari tempat dimana kita memulai. Tidak jarang hal itu
menciutkan hati dan melemahkan motivasi kita. Tetapi, benarkah kita
tidak bisa berbuat apa-apa saat memasuki periode jalan ditempat?
Beberapa puluh tahun lalu, kita mengenal Senam Kesegaran Jasmani
(SKJ) yang populer nyaris disetiap lapisan masyarakat. Selain sebagai
olah raga murah meriah untuk membuat tubuh sehat, saya juga mengenang
SKJ sebagai sebuah nasihat; karena senam itu dimulai dengan ‘jalan
ditempat’. Dengan nasihat itu, kita bisa membalik pandangan serba suram,
dan pesimistis ketika memasuki masa-masa sulit dalam kehidupan kita. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menggali nasihat dari
‘jalan ditempat’; saya ajak untuk memulainya dengan memahami dan
melakukan 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
1. Jalan ditempat tidak berarti berdiam diri.
Kita
sering keliru mengira bahwa ‘tidak pergi kemana-mana’ sama artinya
dengan tidak melakukan apa-apa. Padahal, saat jalan ditempat badan kita
menjadi hangat. Bahkan dibasahi oleh tetes keringat. Hal itu menandakan
jika dalam keadaan jalan ditempatpun kita bisa melakukan sesuatu agar
setiap detik dalam hidup kita tetap bermanfaat. Memang, kadang kita
tergoda untuk berdiam diri ketika keadaan sedang sangat tidak
menguntungkan. Padahal, berdiam diri itu tidak bisa mengubah keadaan.
Kita harus melakukan tindakan agar keadaan bisa berubah menjadi lebih
baik. Bagaimana jika membaiknya keadaan itu tidak tergantung kepada apa
yang kita lakukan? Benar. Itu bisa saja terjadi. Misalnya, ketika kita
hanya menjadi bagian kecil dari sebuah system yang besar sehingga kita
tidak punya cukup kekuatan untuk mengubah keadaan. Tetapi itu juga tidak
berarti kita boleh berdiam diri. Setidaknya kita bisa melakukan sesuatu
untuk memastikan bahwa kita tetap menjadi orang yang lebih siap
daripada orang lain untuk segala kemungkinan.
2. Menambah bobot tindakan bisa memperbaiki keadaan.
Tidak semua orang melakukan SKJ dengan baik. Ketika sedang jalan
ditempat, mereka mengangkat kakinya asal-asalan saja. “Angkat pahanya
lebih tinggi!,” begitu guru olah raga kita mengingatkan. Dengan lutut
dan paha yang diangkat lebih tinggi, kita menambah bobot gerakan. Saat
menjalani masa-masa stagnan pun, kita sering kurang bersemangat.
Padahal, tanpa semangat kita akan kehilangan momentum untuk semakin
menguatkan diri dan posisi kita. Justru pada saat stagnan kita harus
lebih gigih dalam bertindak dan berbuat. Jika kita melakukan tindakan
kita dengan bobot yang sama dengan sebelumnya, maka keadaan pasti tidak
akan pernah bisa berubah menjadi lebih baik. Apalagi kalau kita
mengurangi bobot tindakan kita. Keadaan malah akan semakin memburuk.
Memang, tidak enak berada dalam situasi sulit. Tetapi, jika kita bisa
meningkatkan bobot tindakan kita; maka kita memiliki peluang yang lebih
besar untuk memperbaiki keadaan.
3. Kecepatan tindakan menentukan kecepatan pemulihan.
Selain dengan mengangkat tungkai lebih tinggi, manfaat latihan jalan
ditempat juga ditentukan oleh kecepatannya. Demikian pula perkembangan
kematangan dan ketajaman mental kita. Dia bisa dibangun dengan kecepatan
dalam mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. Dalam jatah waktu yang
sama-sama 24 jam sehari ini, nyatanya ada orang yang lebih produktif
dari orang lain. Bahkan dalam keadaan serba baik pun kita berlomba
dengan waktu. Apalagi ketika segala sesuatunya sedang stagnan. Kecepatan
kita meraih kesempatan. Kecepatan kita dalam merespon keadaan.
Kecepatan kita dalam memberikan solusi; mungkin menjadi faktor yang
sangat menentukan apakah masa-masa stagnan itu bisa segera diselesaikan.
Boleh jadi, kita bisa lebih cepat keluar dari masa-masa sulit itu jika
kita memiliki kecepatan yang lebih tinggi dari orang lain. Janganlah
terjebak untuk semakin melambat hanya karena kita memasuki masa-masa
yang tidak menyenangkan. Karena boleh jadi, kecepatan kita sangat
dibutuhkan untuk melakukan pemulihan.
4. Teruslah berjalan agar tidak jatuh terjerembab.
Zaman sudah sangat banyak berubah. Masa kejayaan SKJ juga sudah lama
berlalu. Dulu, jalan ditempat hanyalah olah raga milik orang-orang
biasa. Namun, tengoklah latihan apa yang sekarang paling banyak
dilakukan orang di fitness center? Treadmill. Amatilah alat olah raga
apa yang ada di rumah-rumah mewah? Mesin treadmill. Sekarang, jalan
ditempat menjadi salah satu olah raga favorit kaum elit. Dulu, Anda
boleh diam saja ketika guru olah raga berteriak;”ayo, terus jalan
ditempat!”. Diatas mesin treadmill ini, Anda tidak memiliki pilihan lain
kecuali terus berjalan. Sebab jika Anda berhenti, maka Anda akan jatuh
terjerembab. Berbagai aspek dalam kehidupan kita juga berubah banyak.
Dulu, mungkin kita bisa berhenti saja ketika segala sesuatunya sedang
sangat sulit. Sekarang, berhenti hampir sama artinya dengan mengijinkan
diri kita jatuh tersungkur hingga mungkin tidak bisa bangkit kembali.
Maka jika kita tidak ingin terjatuh, kita harus terus berjalan.
5. Nikmati ketika memasuki periode jalan ditempat.
Kita sungguh beruntung mendapatkan kesempatan untuk hidup dalam era
seperti saat ini. Sekarang kita bisa latihan jalan ditempat sambil
menonton tayangan film-film favorit. Atau mendengarkan musik-musik
terkini. Bisa juga sambil memelototi laporan pergerakan harga saham.
There are lots of funs while you are walking on the treadmill. Kehidupan
kita boleh saja sedang jalan ditempat. Tetapi, kita tidak pernah
kehilangan kesempatan untuk menikmati hidup. Benar segalannya sedang
serba sulit. Tetapi sesulit apapun, kita masih bisa menemukan kenikmatan
yang kita butuhkan. Meskipun kita kehilangan hal lain, namun kita bisa
mendapatkan hal lainnya. Maka, seandainya Anda tengah memasuki masa-masa
stagnan itu, nikmati saja. Karena kecerdasan mental kita tidak pernah
kehilangan alasan untuk membuat hidup kita tetap penuh warna.
Hanya satu kata yang bisa membuat kita kalah oleh keadaan, yaitu;
menyerah. Tetapi jika pada saat menjalani masa-masa ‘jalan ditempat’ itu
kita masih bisa belajar banyak hal. Atau meningkatkan kemampuan kita.
Atau menambah pengetahuan kita. Atau menguatkan mental kita, maka kita
bisa menjadi pribadi yang lebih siap untuk menyongsong datangnya
masa-masa jaya itu sekali lagi. Bahkan, jika kita bisa menikmati perih
dan pedihnya, kita akan tahu bahwa masa-masa jalan ditempat itu bukanlah
hal yang buruk. Tidak akan menjadikan hidup kita semakin terpuruk.
Karena selama kita terus gigih untuk bertindak dan bergerak, kita masih
memegang kendali atas hidup kita sendiri. So, tetaplah berjalan.
Meskipun kita tidak berpindah tempat.
Source :
http://www.dadangkadarusman.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar