GlaxoSmithKline (GSK), perusahaan farmasi internasional dituntut
membayar denda sebesar USD 3 miliar atau sekitar Rp 28 triliun karena
menyuap dokter. Aksi penyuapan ini dilakukan untuk meningkatkan
penjualan obat antidepresan Paxil dan Wellbutrin serta obat asma Advair.
Selain itu, GSK juga tidak melaporkan masalah keamanan terkait dengan
obat diabetes Avandia.
Keputusan ini ditetapkan oleh pengadilan
distrik Boston pada hari Kamis (26/6/2012) lalu. Perusahaan ini
mendorong tenaga penjualan di AS untuk menjual 3 jenis obat tersebut ke
dokter dan memberikan suap pada dokter yang bersedia menuliskan resep.
Para
dokter diberi upah USD 2.500 atau sekitar Rp 23,3 juta jika mau hadir
sebagai pembicara dan memberikan presentasi mengenai 3 obat tersebut.
Selain itu, para dokter bisa menikmati diving, golf, memancing dan
kegiatan lainnya yang kesemuanya diatur oleh perusahaan.
GSK juga
membayar agar artikel obatnya bisa muncul dalam jurnal medis.
Perusahaan membayar dokter-dokter 'independen' yang disewa oleh
perusahaan untuk mempromosikan obat bagi perawatan pasien.
GSK
pernah menyelenggarakan 8 acara mewah selama 3 hari pada tahun 2000 dan
2001 di hotel di Puerto Rico, Hawaii dan Palm Springs, California, untuk
mempromosikan obatnya ke dokter agar disetujui penggunaannya. Kesemua
biaya perjalanan dan menginap ditanggung perusahaan.
Ilustrasi (Foto: Thinkstok) |
"Tenaga
penjualan menyuap dokter untuk meresepkan produk GSK menggunakan setiap
bentuk hiburan mahal, mulai dari liburan di Hawaii, membayar jutaan
dolar agar dokter mau menjadi pembicara dalam tur, hingga tiket konser
pertunjukan Madonna," kata Jaksa Carmin Ortiz seperti dilansir The Guardian, Rabu (4/7/2012).
Jaksa
mengatakan bahwa perusahaan membayar uang sejumlah USD 275.000 atau
sekitar Rp 2,57 miliar kepada Dr Drew Pinsky yang menjadi pemandu acara
radio populer agar mau mempromosikan Wellbutrin dalam acaranya. GSK
mengklaim obatnya bisa mengatasi berat badan, disfungsi seksual, ADHD
dan bulimia. Pinsky kemudian mengatakan kepada pendengarnya bahwa
Wellbutrin bisa membuat wanita mengalami orgasme 60 kali dalam semalam.
Sebuah perusahaan public relation yang
disewa oleh GSK melakukan penelitian terhadap 25 orang yang menggunakan
obat Wellbutrin selama 8 minggu. Hasilnya menggembar-gemborkan
kemampuan obat ini lebih ampuh dibanding Viagra. Bahkan obat ini
disebut-sebut dapat membantu berhenti merokok dan menurunkan berat
badan.
Salah satu dokter yang didanai oleh GSK, Dr James Pradko,
dibayar hampir USD 1,5 juta atau sekitar Rp 14 miliar selama 3 tahun
untuk berbicara mengenai obat keluaran GSK. Ia juga mengeluarkan DVD
yang didanai oleh perusahaan, namun diklaim dibuat secara independen.
Foto : CNET.Com |
Sekitar
USD 600.000 atau Rp 5,6 miliar dalam setahun dialokasikan oleh bagian
penjualan untuk membiayai hiburan, termasuk pelajaran golf biasa, balap
Nascar, perjalanan memancing, baseball dan tiket basket. Hasil
investigasi mengungkap bahwa bagian penjualan menamakan operasi ini
dengan operasi 'Hustle'.
Obat antidepresan Paxil sebenarnya hanya
disetujui untuk orang dewasa, namun dipromosikan oleh perusahaan bahwa
penggunaannya aman untuk anak-anak dan remaja meskipun uji coba
menunjukkan khasiatnya tidak efektif. Akibatnya, anak-anak dan remaja
ini mengalami efek samping berupa peningkatan risiko bunuh diri.
Obat
asma yang diproduksi GSK bernama Advair juga dituding ikut
dipromosikan. Perusahaan mendorong dokter agar meresepkan obat ini untuk
semua kasus asma. Padahal, obat ini hanya disetujui untuk mengobati
kasus yang parah, ada obat lain yang lebih cocok untuk mengobati asma
ringan.
Selain itu, ketika ada seorang dokter yang didanai GSK
menolak mencabut artikelnya mengenai masalah keamanan Wellbutrin, GSK
segera menyetop aliran dananya.
"Saat ini merupakan zaman yang
berbeda bagi perusahaan kami dan hal itu tidak dapat diabaikan. Atas
nama GlaxoSmithKline, saya ingin menyatakan penyesalan kami dan
menegaskan kembali bahwa kami telah belajar dari kesalahan yang kami
buat," kata Andrew Witty, CEO GSK.
Meskipun demikian, denda yang
dibebankan kepada GSK masih jauh lebih kecil dibandingkan keuntungan
yang diperoleh dari penjualan obat. Avandia kabarnya menghasilkan
keuntungan sebesar USD 10.4 miliar atau sekitar Rp 97 triliun, Paxil
meraup keuntungan USD 11.6 miliar atau sekitar Rp 108 triliun dan
Wellbutrin mendapat USD 5,9 miliar atau sekitar Rp 55,1 triliun semenjak
mulai dipromosikan.
Source :
http://health.detik.com
Harian Kompas, tgl 5 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar