Halaman Muka

Jumat, 06 Juli 2012

Perusahaan Farmasi Didenda Rp 28 Triliun

GlaxoSmithKline (GSK), perusahaan farmasi internasional dituntut membayar denda sebesar USD 3 miliar atau sekitar Rp 28 triliun karena menyuap dokter. Aksi penyuapan ini dilakukan untuk meningkatkan penjualan obat antidepresan Paxil dan Wellbutrin serta obat asma Advair. Selain itu, GSK juga tidak melaporkan masalah keamanan terkait dengan obat diabetes Avandia.

Keputusan ini ditetapkan oleh pengadilan distrik Boston pada hari Kamis (26/6/2012) lalu. Perusahaan ini mendorong tenaga penjualan di AS untuk menjual 3 jenis obat tersebut ke dokter dan memberikan suap pada dokter yang bersedia menuliskan resep.

Para dokter diberi upah USD 2.500 atau sekitar Rp 23,3 juta jika mau hadir sebagai pembicara dan memberikan presentasi mengenai 3 obat tersebut. Selain itu, para dokter bisa menikmati diving, golf, memancing dan kegiatan lainnya yang kesemuanya diatur oleh perusahaan.



GSK juga membayar agar artikel obatnya bisa muncul dalam jurnal medis. Perusahaan membayar dokter-dokter 'independen' yang disewa oleh perusahaan untuk mempromosikan obat bagi perawatan pasien.

GSK pernah menyelenggarakan 8 acara mewah selama 3 hari pada tahun 2000 dan 2001 di hotel di Puerto Rico, Hawaii dan Palm Springs, California, untuk mempromosikan obatnya ke dokter agar disetujui penggunaannya. Kesemua biaya perjalanan dan menginap ditanggung perusahaan.

Ilustrasi (Foto: Thinkstok)
"Tenaga penjualan menyuap dokter untuk meresepkan produk GSK menggunakan setiap bentuk hiburan mahal, mulai dari liburan di Hawaii, membayar jutaan dolar agar dokter mau menjadi pembicara dalam tur, hingga tiket konser pertunjukan Madonna," kata Jaksa Carmin Ortiz seperti dilansir The Guardian, Rabu (4/7/2012).

Jaksa mengatakan bahwa perusahaan membayar uang sejumlah USD 275.000 atau sekitar Rp 2,57 miliar kepada Dr Drew Pinsky yang menjadi pemandu acara radio populer agar mau mempromosikan Wellbutrin dalam acaranya. GSK mengklaim obatnya bisa mengatasi berat badan, disfungsi seksual, ADHD dan bulimia. Pinsky kemudian mengatakan kepada pendengarnya bahwa Wellbutrin bisa membuat wanita mengalami orgasme 60 kali dalam semalam.

Sebuah perusahaan public relation yang disewa oleh GSK melakukan penelitian terhadap 25 orang yang menggunakan obat Wellbutrin selama 8 minggu. Hasilnya menggembar-gemborkan kemampuan obat ini lebih ampuh dibanding Viagra. Bahkan obat ini disebut-sebut dapat membantu berhenti merokok dan menurunkan berat badan.

Salah satu dokter yang didanai oleh GSK, Dr James Pradko, dibayar hampir USD 1,5 juta atau sekitar Rp 14 miliar selama 3 tahun untuk berbicara mengenai obat keluaran GSK. Ia juga mengeluarkan DVD yang didanai oleh perusahaan, namun diklaim dibuat secara independen.

Foto : CNET.Com
Sekitar USD 600.000 atau Rp 5,6 miliar dalam setahun dialokasikan oleh bagian penjualan untuk membiayai hiburan, termasuk pelajaran golf biasa, balap Nascar, perjalanan memancing, baseball dan tiket basket. Hasil investigasi mengungkap bahwa bagian penjualan menamakan operasi ini dengan operasi 'Hustle'.

Obat antidepresan Paxil sebenarnya hanya disetujui untuk orang dewasa, namun dipromosikan oleh perusahaan bahwa penggunaannya aman untuk anak-anak dan remaja meskipun uji coba menunjukkan khasiatnya tidak efektif. Akibatnya, anak-anak dan remaja ini mengalami efek samping berupa peningkatan risiko bunuh diri.

Obat asma yang diproduksi GSK bernama Advair juga dituding ikut dipromosikan. Perusahaan mendorong dokter agar meresepkan obat ini untuk semua kasus asma. Padahal, obat ini hanya disetujui untuk mengobati kasus yang parah, ada obat lain yang lebih cocok untuk mengobati asma ringan.

Selain itu, ketika ada seorang dokter yang didanai GSK menolak mencabut artikelnya mengenai masalah keamanan Wellbutrin, GSK segera menyetop aliran dananya.

"Saat ini merupakan zaman yang berbeda bagi perusahaan kami dan hal itu tidak dapat diabaikan. Atas nama GlaxoSmithKline, saya ingin menyatakan penyesalan kami dan menegaskan kembali bahwa kami telah belajar dari kesalahan yang kami buat," kata Andrew Witty, CEO GSK.

Meskipun demikian, denda yang dibebankan kepada GSK masih jauh lebih kecil dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari penjualan obat. Avandia kabarnya menghasilkan keuntungan sebesar USD 10.4 miliar atau sekitar Rp 97 triliun, Paxil meraup keuntungan USD 11.6 miliar atau sekitar Rp 108 triliun dan Wellbutrin mendapat USD 5,9 miliar atau sekitar Rp 55,1 triliun semenjak mulai dipromosikan.

Source :
http://health.detik.com
Harian Kompas, tgl 5 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...