Ngimpi namanya jika kita mengharapkan segala sesuatunya bisa
diperoleh secara gratis. Harus ada usaha untuk segala sesuatu yang kita
inginkan. Memang, setiap orang mempunyai keinginan yang berbeda-beda.
Namun semua orang memiliki keinginan yang sama, yaitu; dibayar
setinggi-tingginya. Dalam konteks dunia kerja, kita mengharapkan manfaat
dan kompensasi alias gaji yang tinggi. Faktanya, banyak orang yang
mengajukan tuntutan yang berlebihan. Atau sebaliknya, banyak perusahaan
yang mengabaikan kewajiban untuk memberi imbalan sepadan kepada para
karyawan. Padahal, ada nilai-nilai kepantasan yang harus sama-sama kita
tegakkan. Karena hubungan kerja dibangun dalam azas kesetaraan.
Sekitar satu kilometer dari tempat tinggal kami ada sebuah toko
swalayan kecil yang memiliki fasilitas ATM. Hal itu sangat memudahkan
kami dalam banyak hal. Selain kemudahan itu, bagi saya mesin ATM memberi
pelajaran berharga tentang apa yang kita miliki didalam diri kita.
Selama Anda punya tabungan, maka selama itu pula Anda bisa mengambilnya.
Tabungan itu tak ubahnya seperti kemampuan pribadi kita dalam
berkontribusi. Selama kita memiliki tabungan itu, maka selama itu pula
mesin ATM akan memenuhi permintaan kita. Selama kita bisa berkontribusi,
kita bisa mengharapkan sejumlah pendapatan.
Bagi Anda yang tertarik
menemani saya belajar memahami peran kontribusi kepada manfaat dan
kompensasi untuk hidup kita sendiri; saya ajak untuk memulainya dengan
memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:
Photo by 24-7U |
Mesin ATM mau melayani hanya jika kita memiliki tabungan.
Bagi para professional, mesin ATM itu mewakili perusahaan tempatnya
bekerja. Bagi saya, ATM itu seperti perusahan-perusahaan yang menjadi
klien atau pengguna jasa pelatihan in-house yang saya selenggarakan.
Meski agak berbeda tetapi mempunyai fungsi yang sama yaitu; tempat kita
‘mencairkan’ kemampuan dan mengkonversinya menjadi sejumlah penghasilan.
Jika di mesin ATM tabungannya berupa uang, maka dalam konteks
pekerjaan; tabungannya adalah ‘kontribusi’ melalui pekerjaan yang kita
lakukan.
Anda harus mempunyai tabungan untuk bisa mendapatkan manfaat
dari mesin ATM. Anda juga harus memberikan kontribusi agar bisa
memperoleh sejumlah manfaat dari perusahaan. Semakin banyak tabungan
Anda, semakin besar dukungan kesediaan ATM untuk melayani Anda. Semakin
tinggi kontribusi kepada perusahaan, semakin besar juga manfaat yang
bisa Anda dapatkan. Jadi, jika Anda ingin mendapatkan manfaat yang
sebanyak-banyaknya dari perusahaan tempat Anda bekerja, maka Anda harus
memastikan bahwa Anda mampu menabung cukup banyak kontribusi kepada
perusahaan.
ATM mengeluarkan uang tidak lebih dari jumlah yang kita punya.
Kita tidak akan pernah bisa mengambil uang di ATM melebihi jumlah saldo
tabungan yang kita miliki. Jika memaksakan diri, maka itu namanya
‘ngimpi’. Kita juga sering ‘ngimpi’ untuk mendapatkan bayaran yang
setinggi-tingginya, sambil berkontribusi alakadarnya. Jika kita ingin
digaji tinggi, maka kita juga harus berkontribusi tinggi.
“Gaji tinggi
dulu dong, barulah kita berkontribusi tinggi!” begitu argument yang
sering kita dengar di kantor-kantor. Memangnya di mesin ATM Anda bisa
mengambil uang dulu, baru kemudian Anda menabung? Tidak. Dikantor juga
sama. Kontribusi tinggi duluan. Setelah itu, barulah kita bisa
mengharapkan imbalan yang sepadan. Makanya, mulailah berfokus kepada
‘memperbanyak kontribusi’ kepada perusahaan. Soal tuntutan imbalan
secara otomatis mengikutinya kemudian. Semakin besar tabungan kita,
semakin banyak uang yang bisa kita ambil di ATM. Semakin tinggi
kontribusi kita, maka semakin besar juga manfaat yang bisa kita dapatkan
dari perusahaan. Mengapa demikian? Karena tidak ada mesin ATM yang bisa
mengeluarkan uang melebihi tabungan yang kita punya.
Semakin banyak yang diambil, semakin banyak yang harus ditabungkan.
Sampai kapan Anda bisa mengambil uang di ATM? Sampai uang yang Anda
tabungkan tidak tersisa lagi. ATM, menghitung berapa uang yang Anda
tabungkan, dan berapa yang sudah Anda ambil kembali. Jika tabungan Anda
sudah habis, maka ATM itu tidak mau lagi mengeluarkan uang untuk Anda.
Perusahaan tempat kita berkerja dikelola berdasarkan neraca rugi laba.
Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkannya akan dihitung secara seksama.
Termasuk gaji dan manfaat lainnya yang kita terima. Siapa saja yang
mampu memberikan kontribusi lebih tinggi dari manfaat dan kompensasi
yang didapatkannya mempunyai peluang untuk terus dipekerjakan. Sedangkan
mereka yang tidak bisa memberikan ‘nilai lebih’ dari biaya yang harus
dikeluarkan oleh perusahaan; cepat atau lambat juga pasti akan
dikeluarkan.
Maka tidak ada cara lain untuk mempertahankan hubungan
kerja kita kecuali dengan memberikan kontribusi yang setinggi-tingginya.
Sebab jika tidak, orang lain yang berkontribusi lebih tinggi akan
mendapatkan kesempatan lebih dulu dari kita. Mengapa? Karena semakin
banyak yang kita ambil, semakin banyak juga yang harus kita
kontribusikan.
Keberadaan mesin ATM tidak mempengaruhi kepemilikan kita.
Beberpa bulan lalu, ATM di toko itu yang digondol pembobol. Anehnya,
orang-orang tidak gundah atas hilangnya mesin ATM itu. Mengapa? Karena
hal itu tidak mempengaruhi kepemilikian uang kami. Uang direkening milik
kita tidak pernah bisa dibobol maling yang menggondol mesin ATM itu.
Perusahaan tempat kita bekerja juga tidak ubahnya dengan mesin ATM. Dia
merupakan tempat dimana kita bisa ‘mengambil’ hak kita setelah
mengabdikan diri dengan segenap kemampuan dan keahlian yang kita miliki.
Bagaimana seandainya kita tidak lagi bekerja disana? Mungkin kita tidak
pernah merasakan betapa sedihnya orang yang kehilangan pekerjaan. Namun
sekedar membayangkan pensiun pun kita masih sering merasa ngeri.
Kita
suka mengira bahwa tanpa perusahaan yang mempekerjakan kita ini, maka
kita kehilangan banyak hal dalam diri kita. Padahal, ‘apa yang kita
miliki didalam diri kita’ tidak bisa direnggut oleh siapapun. Perusahaan
mungkin bisa mengambil pekerjaan kita. Tetapi tidak keahlian,
pengalaman, dan keterampilan kerja kita. Maka dari itu, jika suatu saat
kita harus kehilangan pekerjaan kita; berbesar hatilah. Dan terus
berjuanglah untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian yang kita
miliki.
Tabungan yang bunganya berlipat-lipat.
Entah
disadari atau tidak, tabungan kita diganjar dengan tambahan bunga bank.
Namun, bunga tabungan itu terlalu kecil sehingga kita tidak merasakan
manfaat yang bermakna. Makanya, kita sering menggunakan bank dan mesin
ATM hanya untuk sekedar menitipkan untuk sementara. Cukup ‘terima-kasih’
saja. Setiap kali kita ‘terima’ dihari gajian, kita langsung ‘kasih’ ke
berbagai macam rekening tagihan. Kita tidak tertarik untuk menyimpan
uang itu berlama-lama di bank. Bagaimana jika ada bank yang memberi
bunga berlipat-lipat dari tabungan yang kita simpan? Dua kali lipat.
Sepuluh kali lipat. Bahkan tujuh ratus kali lipat. Bersediakah Anda
menabung lebih lama? Anda mau sih, tapi ragu jika ada bank yang seperti
itu. Iya kan? Ada. Namun bank itu bukan tempat penyimpanan uang,
melainkan tempat tersimpannya segala amal perbuatan.
Guru kehidupan saya
mengajarkan bahwa setiap kebaikan yang kita lakukan itu laksana sebutir
benih yang tumbuh menjadi sepuluh tangkai. Sedangkan dalam setiap
tangkai itu, terdapat tujuh puluh buahnya. Maka setiap kebaikan kita
diganjar dengan bunga dan buah sebanyak 700 kali lipatnya. Sekarang,
sudah ada ‘bank’ yang memberi bunga berkali-kali lipat itu. Dia tidak
hanya menerima tabungan dalam bentuk uang. Tetapi juga menerima ilmu
yang Anda tebarkan. Menyambut perilaku baik yang Anda lakukan.
Membukukan setiap tindakan terpuji yang Anda kontribusikan. Maukah Anda
menabung kebaikan di ‘bank’ itu?
Pendapatan yang kita peroleh berbanding lurus dengan kontribusi yang
kita berikan. Tetapi, kadang-kadang pendapatan itu tidak kita terima
dalam bentuk uang yang bisa kita ambil di ATM; melainkan berupa tabungan
yang disimpan di bank yang memberikan bunga hingga 700 kali lipat. Maka
jika Anda telah berkontribusi tinggi, namun jumlah uang yang Anda bawa
pulang tetap tidak melimpah ruah juga; ikhlaskanlah. Karena kadar
keikhlasan kita dalam berkontribusi sangat menentukan berapa kali lipat
imbalan yang bisa kita dapatkan untuk bekal di kehidupan akhirat kelak.
Selama kita ikhlas, kita juga tidak akan pernah dihinggapi oleh rasa
kesal, kecewa, atau penghujatan karena merasa telah diperlakukan secara
tidak adil. Karena dengan keikhlasan itu, kita menambah jumlah tabungan
yang bisa dibawa ketika tiba saatnya untuk ‘pulang’.
http://www.dadangkadarusman.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar