Tidak ada masyarakat dimana pun juga dapat
menerima seorang yang gagal maka Anda tidak perlu berharap ada orang
yang dapat menghargai Anda apalagi menghadiahi produk kegagalan Anda. Masyarakat lebih menghargai seorang yang sukses dan melupakan seorang
yang gagal.
Dalam setiap orang , kesuksesan berarti ia telah
berhasil mengatasi masalah keuangan, promosi kerja, membina keluarga
dan status sosial yang meningkat. Bila Anda termasuk orang yang gagal,
maka tidak ada seorang pun dapat memahami kegagalan Anda, bahkan mereka
menghukum Anda
.
Setiap individu yang "normal", pasti mendambakan kesuksesan dalam hidup. Dan setiap individu yang berharap akan perubahan "hidup" menjadi lebih baik dari sebelumnya, pasti ingin merasakan kesuksesan. Upaya yang keras, smart dan pengorbanan adalah syarat mutlak dalam mencapai kesuksesan. Resiko yang harus ditempuh untuk mencapai sukses biasanya tidak setiap orang bersedia dan mampu untuk menghadapinya. Atau dengan kata lain, ingin sukses namun tanpa upaya, resiko dan pengorbanan yang harus ditanggung.
Beberapa tahun lalu, salah seorang rekan saya sempat berujar : " Biasanya Bro... Orang yang tadinya "no body" lalu menjadi "some body" cendrung jadi sombong....." Hmmm... Karena pernyataannya itulah, saya mencoba mencermatinya. Memang... ada yang berubah menjadi "lain" , namun ada juga yang biasa saja dan bahkan ada yang menjadi lebih "care" kepada sesama.
Segala sesuatu di dunia ini pasti berpasang-pasangan. Demikian juga dengan kesuksesan, ada yang membawa nilai "positif" dan sekaligus membawa nilai "negatif". Dan memang, manusia dipilihkan dua jalan, mau jalan yang positif atau jalan yang negatif. Dan itu adalah pilihan manusia, karena hidup itu adalah mengambil suatu pilihan. Salah satu "penyakit" dari kesuksesan seseorang adalah "arogansi".
Arogan adalah sikap angkuh dan sombong yang ditunjukkan seorang individu yang
merasa dirinya paling hebat, paling pintar, paling berkuasa, paling
berperan dibandingkan dengan orang lain. Penyakit mental ini biasanya
menjangkiti seseorang yang sedang dalam posisi puncak, karirnya menanjak
atau bisnisnya sedang berkembang pesat dan lain sebagainya.
Seorang CEO dari perusahaan Fortune 100 mengatakan :
"Success can lead
to arrogance. When we are arrogant, we quit listening. When we quit
listening, we stop changing. In today’s rapidly moving world, if we quit
changing, we will ultimately fail.”
(Sukses bisa membuat Kita jadi
arogan. Saat Kita arogan, Kita berhenti mendengarkan. Ketika Kita
berhenti mendengarkan, Kita berhenti berubah. Dan di dunia yang terus
berubah dengan begitu cepatnya seperti sekarang, kalau Kita berhenti
berubah, maka Kita akan gagal).
Ungkapan CEO tersebut adalah salah satu dari sekian banyak masukan yang dapat kita dapatkan dalam seminar maupun buku motivasi. Hal ini
dikarenakan cukup banyak dari mereka yang sudah pernah meraih kesuksesan
pada akhirnya harus jatuh karena terlalu bersikap arogan. Sebetulnya
amat disayangkan jika seseorang yang sudah mencapai kesuksesan lalu
berbuat arogan. Karena untuk bisa menggapai posisinya yang sekarang
tentu dibutuhkan perjuangan yang sangat keras. Beberapa dari mereka
harus menggapainya dengan susah payah, rela hidup dalam kesusahan, mau
mengorbankan kesenangannya demi untuk mendengar dan belajar bagaimana
cara untuk sukses dari orang-orang yang sudah berhasil.
Tetapi ketika kesuksesan sudah ada di genggaman, justru mereka tak lagi
mau belajar dan mendengarkan. Mereka menjadi lupa diri, merasa sudah
berhasil tidak perlu lagi menerima masukan dari orang lain. Yang dulu
hidupnya merakyat, kini berubah menjadi high class. Yang dulu menganggap
semua orang adalah teman, kini yang kaya-lah yang layak menjadi
temannya. Yang dulu bersedia menerima nasehat, kini justru menganggap
orang lainlah yang harus mau menerima nasehatnya. Sikap dan perilakunya
berubah drastis seiring dengan tingkat kesuksesan yang diraihnya. Orang
seperti itu akan terbelenggu dengan kesuksesannya sendiri, yang membuat
dia tak lagi mau belajar (silahkan lihat : Open Mind). Bahkan yang lebih tragis, menjadikan orang tua seperti baby sister atau pembantu dan orang tua "takut" kepada anaknya. Hmmm... kiamat udah dekat nich...
Banyak bukti orang yang sudah sukses kemudian mereka kembali lagi ke posisi "NOL" dikarenakan sifat arogansinya. Pada saat di seminar, kita akan bisa
mendengarkan sharing dari mereka yang mengalami kebangkrutan karena
kesombongannya sendiri. Juga di buku-buku motivasi bisa kita baca
kisah-kisah mereka.
Sudah banyak cerita dan sejarah yang mendeskripsikan tentang individu yang arogan. Ketika berkuasa, semua orang tunduk dan patuh kepadanya. Semua berupaya membuat senang / ABS (Asal Bapak Senang). Setiap yang memberi masukan, kritik dan saran dibabat habis. Namun pada titik akhir perjalanan, semua yang dahulu mendukung, memuja dan mengidolakan, pada akhirnya menjauh. Dan masih banyak kisah lain yang dapat di ambil hikmahnya...
Arogansi bisa terjangkit pada siapa saja. Termasuk seorang pendidik,
guru, dosen, yang tiap hari memberi pelajaran bagi orang lain. Maka jika
kita ingin meraih kesuksesan dan mempertahankannya, hindarilah sikap
arogan pada diri Kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar