By Yodhia Antariksa, Msc
Photo credit by Rusty Brick under creative commons license |
Hidup pada akhirnya memang selalu penuh dengan tikungan. Ada kalanya
kita berada pada parade keberhasilan yang membuat kita mabuk dalam
ekstase keriangan. Ada pula saat ketika kita terpeleset, terpelanting
dan terpuruk dalam segores duka. Toh dalam lingkaran jatuh dan bangun
itu, hidup harus terus dijalankan. Kita terus berproses dan bertumbuh “menjadi manusia”. Becoming a true person, demikian Erich Fromm pernah berujar dalam risalahnya yang terkenal itu, On Being Human.
Namun mungkin ada kalanya kita perlu berhenti sejenak, mengambil
rehat, dan melakukan kontemplasi. Sekarang tataplah screen (layar)
laptop atau komputer Anda. Lihatlah screen yang ada di depan Anda ini
sebagai sebuah cermin…..lalu bayangkanlah, kira-kira lima tahun dari
sekarang, potret apa yang tergambar dalam layar di depan Anda ini.
Apakah yang tergambar dalam bayangan itu adalah figur Anda sebagai
seorang saudagar sukses dengan omzet bisnis ratusan juta per bulan,
dengan sebuah apartemen indah di Dharmawangsa Residence? Atau yang
muncul adalah gambaran Anda sebagai seorang manajer sukses bergaji 30
juta perbulan, dengan sebuah SUV nongkrong di garasi rumah? Atau yang
justru tergambar di layar adalah gambaran Anda sebagai seorang guru
mengaji di sebuah surau kecil di kampung halaman Anda, nun jauh disana,
di sebuah kampung dimana segenap ambisi materi dan duniawi menjadi
lenyap, karena disitu yang ada hanyalah “keheningan, kedamaian dan
kebersahajaan”?
Saya tak tahu. Sungguh saya tak tahu apa yang dalam imajinasi Anda
tentang masa depan hidup yang ingin Anda ukir. Namun apapun pilihan
hidup masa depan Anda, barangkali tetap tersisa satu hal yang layak
dicatat : pilihan itu sebaiknyalah didasari oleh passion Anda. Ya,
passion. Atau gairah yang membuncah. Atau rajutan tekad yang menghujam
di hati.
Life is too short my friends, and you know what, setelah itu kita
semua akan mati. Sebab itu, mungkin yang tersisa adalah sejumput
kesia-sian jika sepanjang hidup, kita hanya melakoni pekerjaan yang full of bullshit.
Dan bukan menekuni pekerjaan yang menjadi passion kita, tempat dimana
kita bisa mereguk secangkir kebahagiaan sejati…… Tempat dimana kita
selalu tak sabar menunggu hari esok tiba – karena setiap hari selalu
dihiasi oleh “the beauty of meaningful work and life”. Jadi adakah hidup
dan pekerjaan yang Anda lakoni sekarang sudah benar-benar menjadi
passion Anda? Adakah Anda telah menemukan secercah embun kebahagiaan
dalam segenap hidup dan pekerjaan Anda?
Lalu, setelah passion, barangkali ada dua elemen kunci yang juga
layak di-stabilo : persistensi dan determinasi. Kalaulah Anda sudah
menemukan tujuan hidup dan pekerjaan yang menjadi passion Anda, maka
kejarlah impian Anda dengan persisten : dengan kegigihan, dengan
keuletan dan dengan ketekunan. Kita tahu, banyak orang membentur kisah
kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Bukan itu.
Mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit. Berhenti dan tak mau
meneruskan lagi upayanya dengan gigih.
Kita semua pasti pernah mengalami kegagalan. Namun bukan berarti ini
mesti membuat kita berhenti dan menyerah kalah. Orang bijak belajar dari
kesalahan dan kegagalan yang mereka lakukan, dan kemudian berproses
untuk kembali menemukan jalur pencapaian tujuan hidup mereka. Ditengah
tantangan yang terus mengerang dan jalan kehidupan yang terjal penuh
tikungan, mereka terus menderapkan kaki : sebab mereka percaya pada
akhirnya, cahaya keberhasilan itu pelan-pelan bisa dinyalakan. Mereka
terus berjuang dengan persisten. Dengan penuh passion. “And we’ll keep on fighting till the end……”, begitu paman Freddy “Queen” Mercury pernah berdendang.
Setelah passion dan persistensi, maka elemen terakhir yang juga harus
dipeluk erat adalah ini : determinasi. Atau komitmen yang menggumpal.
Atau dedikasi yang terus mengalir. Atau selalu fokus pada satu tujuan
akhir yang jelas. Orang yang punya determinasi selalu percaya bahwa they create their own destiny (tentu
dengan restu dari Yang Diatas). Mereka selalu percaya bahwa merekalah
yang paling bertanggungjawab untuk merajut masa depan dan nasib hidup
mereka sendiri. Bukan orang lain.
Orang yang memiliki determinasi karenanya, tak pernah mau menyalahkan
orang atau pihak lain manakala dihadang oleh segumpal tantangan hidup.
Mereka lebih suka selalu menelisik akar masalah dan lalu mencoba
mengukir solusi untuk menghadapi tantangan yang menghadang. Mereka juga
enggan mengeluh ketika dihantam oleh berderet problem kehidupan dan
beban pekerjaan yang kian menggurita. Sebab mereka percaya, mengeluh hanyalah layak untuk para pecundang. Dan sungguh, mereka tak pernah mau disebut sebagai para pecundang.
Itulah tiga elemen – yakni passion, persistensi dan determinasi
– yang mungkin mesti kita dekap dengan penuh kesungguhan kala kita
ingin merengkuh jejak kebahagiaan dalam sejarah hidup kita yang amat
pendek ini. Yang pertama, temukan passion, kegairahan sejati dalam jejak
hidup yang ingin Anda tapaki. Lalu, bergeraklah, bergeraklah dengan
penuh persistensi. Dengan spirit kegigihan yang terus berpendar.
Kemudian jalani itu semua dengan nyala determinasi yang menggumpal.
Selamat berjuang, kawan !! Selamat berjuang merengkuh kebahagian
hakiki dalam hidup dan pekerjaan Anda. Salam, doa dan peluk hangat dari
saya untuk keberhasilan Anda semua….
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar