Halaman Muka

Rabu, 20 Juni 2012

Bumper

By

“$#!^!, gua melulu yang dijadikan bumper!” 

Ini adalah umpatan yang cukup sering kita dengar. Rupanya banyak juga ya orang yang ‘merasa’ dirinya dijadikan sebagai bumper bagi kepentingan pihak lain. Selama ini, saya tidak benar-benar memahami makna umpatan itu. Tetapi tadi malam, saya mendapatkan ‘penjelasan’ yang terang benderang. Saya dalam perjalanan pulang dari sebuah sesi training di Bandung ketika di kilometer 66 tol Cikampek mobil di depan saya mengerem mendadak. Dia melakukan itu karena truck raksasa didepannya mengerem mendadak. Dan saya yakin, truck itu mengerem mendadak karena kendaraan didepannya juga mengerem mendadak. Semua mobil yang kompak mengerem mendadak didepan saya itu selamat dari hantaman mobil dibelakangnya. Sayang, mobil saya ditabrak oleh mobil lain di belakang saya. Benturan keras itu menimbulkan kerusakan berat di bumper belakang mobil saya. 




Sekarang, saya mulai bisa memahami apa yang dirasakan oleh mereka yang ‘merasa’ dirinya dijadikan sebagai bumper. Mereka ‘merasa’ dirinya harus menanggung resiko dan kesulitan untuk melindungi orang atau pihak lain. Boleh jadi sebenarnya saya juga pernah diposisikan seperti itu. Mungkin, Anda juga demikian. Kita semua sama-sama pernah berada pada posisi sebagai bumper itu. Bedanya, ada orang yang ‘merasa’ dan ada yang ‘tidak merasa’. Oleh sebab itu, kita perlu belajar untuk menikmatinya. Jika tidak, maka kita akan ‘merasa’ sangat tersiksa. 

Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar menikmati saat-saat menjadi bumper; saya ajak untuk memulainya dengan merenungkan 5 pemahaman Natural Intelligence berikut ini:

1. Ikhlas menerima peran yang memang seharusnya kita mainkan
Saya memandang bumper mobil itu dengan perasaan sayang. Apa yang akan dia katakan seandainya bisa bicara? Apakah dia akan mengeluhkan perannya? “Mengapa aku yang harus menanggung sakit ini, sedangkan jok kulit itu enak-enakan bertengger di ruang ber-AC!” Setelah mengerahkan seluruh daya imajinasi yang saya miliki, saya menyimpulkan bahwa sang bumper tidak mengeluh seperti itu. Bersama baut, roda, tuas transmisi, pedal gas, lampu, serta semua komponen pembentuk mobil itu dia telah memahami perannya masing-masing. Mereka faham apa yang menjadi bagian tanggung jawabnya, serta resiko yang harus dipikulnya. Maka ketika resiko itu terjadi, mereka tidak mengeluhkannya sama sekali. Pedal gas tidak pernah mengeluh sekalipun diinjak-injak. Roda tidak kesal karena harus terus berlari sepanjang perjalanan yang tanpa henti. Mesin tidak mengomel sekalipun selalu berada pada tempat yang paling panas. Dan bumper itu? Menerima dengan ikhlas ketika perannya sedang sangat dibutuhkan. Malam itu, saya mendapatkan pelajaran bahwa setiap orang memiliki peran dan fungsi masing-masing. Selama kita ikhlas menerima peran itu, maka kita akan dapat menikmatinya.

2. Setiap peran dan tindakan pasti ada perhitungannya
Pagi-pagi sekali, saya mendatangi bumper itu. Lalu mengelusnya dengan lembut, dan saya katakan;”Terima kasih, kamu telah menyelamatkan jiwa kami….” Itulah ‘reward’ terbaik yang bisa saya berikan. Tidak lebih. Karena bahkan bengkel pun tidak akan bisa mengembalikan bentuknya. Selesai sudah perjalanan hidupnya. Manusia, jauh lebih beruntung daripada benda-benda. Karena setelah ‘selesai’ menunaikan tugasnya, setiap insan akan memasuki ‘dunia baru’ dimana disana setiap peran dan tindakan yang kita mainkan diperhitungkan. Orang-orang yang telah secara ikhlas memainkan peran dan tanggun jawabnya pasti akan mendapatkan pahala yang memuaskan. Sedangkan mereka yang menggerutu atau melarikan diri dari tanggungjawabnya pasti akan ditanya;”mengapa kamu begitu?”. Dunia hanyalah sekedar persinggahan bagi kita. Disini, kita hanya sekedar berhenti sebentar untuk mengumpulkan cukup bekal. Agar di kehidupan berikutnya, kita bisa tinggal dengan nyaman dan menyenangkan.

3. Periksa apakah Anda sudah berada posisi yang seharusnya.
Ikhlas, tidak sama artinya dengan selalu menerima apapun yang ditimpakan kepada kita. Ikhlas berarti bertanggungjawab penuh terhadap fungsi dan peran yang sepatutnya kita mainkan. Dan ikhlas, juga berarti menempatkan segala sesuatu pada posisi dan proporsinya masing-masing. Saya membayangkan jika bumper itu ditukar posisinya dengan stir pengendali kemudi. Atau sebaliknya. Tentu mobil itu tidak lagi bisa berfungsi. Begitu juga halnya kita. Jika fungsi dan peran kita adalah sebagai bumper, maka tidak fair jika kita iri pada fungsi orang lain yang kita pandang ‘lebih enak’. Tetapi, jika peran kita sebagai baut, namun difungsikan sebagai bumper; maka kita berhak untuk menolak. Bukan menolak karena kita tidak menyukainya, melainkan karena fungsi kita tidak akan pernah optimal jika diposisikan tidak pada tempatnya. Maka jika Anda masih ‘merasa’ sering dijadikan sebagai bumper, ada baiknya juga untuk melihat dimana sebenarnya posisi Anda. Jika memang itulah posisi Anda, maka ikhlasnya Anda berarti menerima kenyataan bahwa memang Anda adalah bumper. Jika posisi Anda bukan bumper, maka ikhlas bagi Anda adalah untuk mengingatkan ‘sang pemilik mobil’ bahwa Anda bisa berkontribusi optimal pada tempat dimana Anda seharusnya berada.

4. Memasang penyerap guncangan bagi jiwa kita
Makna harafiah dari kata ‘bumper’ adalah ‘shock absorber’. Merenungkan makna ini saya menjadi ingat tentang betapa banyaknya hal yang bisa membuat jiwa kita shock. Kabar yang tidak kita inginkan, perlakukan yang mengecewakan, kehilangan sesuatu yang kita sayangi; adalah beberapa contoh peristiwa yang bisa mengguncangkan jiwa kita. Ada orang yang sedemikian terguncangnya hingga kehilangan akal sehat. Ada yang terus tenggelam dalam guncangan itu hingga tidak lagi memiliki semangat. Namun, ada pula orang-orang yang setelah diterpa berbagai persoalan; tetap tangguh dan tegar. Apa yang membedakannya? Mereka yang tegar itu memiliki penyerap guncangan bagi jiwanya. Mereka memasang jenis penyerap guncangan yang paling bisa diandalkan. Tahukah Anda apakah gerangan itu? Brand terbaik untuk bumper depan adalah ‘sabar’. Sedangkan bumper belakang yang paling handal adalah ‘tawakal’. Hanya dengan dua jenis ‘shock absorber itulah kita bisa menjaga agar jiwa kita tetap terlindung dari pengaruh buruk yang menyesakkan.

5. Kita dilindungi oleh bumper yang tangguh dan tidak pernah lengah
Fungsi utama sebuah bumper adalah untuk melindungi mobil dari kerusakan dan resiko yang membahayakan. Maka sebuah bumper harus sanggup melindunginya sepanjang waktu tanpa sedetikpun lengah. Sayangnya, bumper mobil itu memiliki kelemahan, yaitu; kekuatannya yang terbatas. Selain dia sendiri bisa hancur, mungkin ada bagian body mobil lainnya yang tidak terlindung. Kita semua sungguh sangat beruntung karena memiliki pelindung yang selain sangat kuat, juga tidak pernah sedetikpun berhenti menjaga kita. Masih ingatkah Anda siapa pelindung kita itu? Dia adalah Dzat yang tidak pernah tidur. Dia adalah sang pemilik segala kekuatan. Dan Dia, adalah sang pemilik hidup dan mati setiap mahluk. Mobil kesayangan Anda, mungkin menggunakan bumper tambahan yang selain berfungsi sebagai penguat, juga menjadi asesoris penghias yang indah. Kepada diri sendiri, bersediakah kita untuk menjadikan Dia yang maha pelindung sebagai penjaga dan penghias hidup kita? 

Setiap detik dalam hidup kita adalah kombinasi agung dari resiko dan kesempatan. Setiap detik dalam hidup kita adalah kesempatan untuk mendapatkan kebahagiaan. Tetapi, pada detik yang sama juga tersimpan kemungkinan kesedihan, bahkan kematian. Bisakah kita memohon keselamatan dan kebahagiaan selain kepada Tuhan? Dengan kata lain; Adakah pelindung yang lebih baik selain Allah? Tidak. Dialah Tuhan yang hanya satu. Dan satu-satunya yang bisa menjawab doa-doa kita. Dan Dialah satu-satunya yang layak kita sembah. Dialah sebaik-baiknya pelindung; dalam setiap detak detik-detik, yang kita lalui. Yuk, kita berserah diri hanya kepadaNya saja…..

Source :


Clip movie tentang Ikhlas :




Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...