”Fakta bahwa Kita
diizinkan masuk ke kantor merupakan sebuah anugerah tak ternilai.
Sedangkan bagaimana Kita menjalani aktivitas kerja merupakan gambaran
rasa syukur Kita atas anugerah itu.”
Bisakah Anda membayangkan
bagaimana seandainya pagi ini satpam kantor menghentikan Anda didepan
pintu kantor. Lalu mengatakan; “Maaf, Anda sudah tidak punya akses lagi
ke kantor ini….” Pertanyaannya serem banget ya?
Bergantung bagaimana
Anda menilainya. Jika mau fokus pada seramnya, ya bikin seram. Tapi
jika berfokus pada awareness alias kesadaran, maka bukan keseraman yang
kita dapatkan. Melain rasa syukur tentang betapa besarnya anugerah bisa
masuk kantor yang hari ini kita dapatkan. Bukankah tidak semua orang
diizinkan masuk kedalam kantor Anda?
Sebagai
orang kantoran, kita juga sering merasa bahwa sudah selayaknya kantor
tempat kita bekerja itu memberi kita akses kapan saja kita ingin
memasukinya. Namun ternyata; kita tidak benar-benar memiliki
keistimewaan itu. Sehingga boleh jadi, ada suatu hari dimana kita tidak
lagi boleh memasukinya. Maka sepatutnya kita gunakan kesempatan itu
sebaik-baiknya, untuk menunjukkan bahwa kita memang layak memperoleh
kepercayaan itu selama mungkin.
Bagi Anda yang tertarik menemani saya
belajar mengoptimalkan kesempatan itu, saya ajak memulainya dengan
menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™), berikut ini:
1. Menyadari jika kita ini seperti bertamu.
Hanya dimasa-masa awal
saja kita merasa betapa bernilainya pekerjaan kita. Bertahun-tahun
kemudian, ego kita tumbuh lebih besar dari kesadaran kita atas diri
sendiri. Apalagi ketika orang-orang menyebut kita sebagai karyawan
senior. Wuih…, rasanya kita ini paling pantas dihargai dan disanjung.
Maklum, karyawan senior. Apa lagi kalau kita sudah punya jabatan. Gua
ini boss.... !! Padahal, kita ini bukan pemilik kantor. Sebenarnya disana kita
hanya bertamu. Sama seperti orang lain pada umumnya. Sebagai tamu, kita
terikat kepada berbagai aturan dan kepatutan. Dan sebagai tamu, kita
bisa dipersilakan pulang jika berperilaku tidak sesuai dengan tata krama
atau ketentuan yang diterapkan oleh sang tuan rumah. Maka ketika sadar
akan posisi sebagai tamu, kita bisa lebih mawas diri selama berada di
kantor.
2. Memelihara rasa syukur.
Diluar sana, ada ribuan
atau jutaan orang yang sangat menginginkan kesempatan seperti Anda.
Boleh masuk ke kantor itu. Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Dan
mendapatkan penghasilan setiap bulan. Diawal-awal karir, rasa syukur itu
seolah memenuhi udara yang kita hirup. Sehingga semua yang kita
dapatkan dari kantor terasa sekali nikmatnya. Bertahun-tahun kemudian,
kita merasa semuanya sudah terlalu biasa. Sudah menjadi hambar. Lalu
keseharian kerja kita berubah menjadi sebuah rutinitas yang membosankan.
Dulu, kita memasuki kantor dengan antusias. Sekarang kita melakukannya
dengan perasaan terpaksa. Dulu, kita betah sekali setiap kali berada
didalamnya. Sekarang, ingin cepat-cepat pulang saja. Jika itu yang Anda
rasakan, Anda perlu memeriksa; apakah masih ada rasa syukur didalam dada
Anda?. Jika rasa syukur itu terus terpelihara, niscaya kenikmatannya
tetap terasa.
Tidak semua orang boleh
masuk ke kantor kita. Pagi ini, kita memasukinya tanpa ada yang
bertanya: "siapa Anda..?". Maka fakta bahwa pagi ini kita boleh
memasukinya adalah sebuah anugerah yang sangat besar. Sayangnya,
anugerah itu sering tertutupi oleh ketidakpuasan kita tentang ini dan
itu. Terhalang penghasilan. Bukan soal besar atau kecilnya. Tapi, sesuai
atau tidaknya dengan yang kita harapkan. Terhalang beban kerja. Bukan
soal berat atau ringannya. Tapi, tidak sepadan dengan imbalan. Terhalang
orang perlakuan atasan. Kemacetan jalan. Kebijakan perusahaan. Suasana
kerja yang buruk dan sikut-sikutan. Semuanya sangat menyebalkan. Karena
perhatian kita terfokus kepada hal-hal yang membuai hati terasa gerah,
maka kita tidak lagi menyadarinya pekerjaan itu sebagai sebuah anugerah.
Selama menyadari anugerah itu, kita bisa berkerja dengan penuh gairah.
4. Menjaga keindahan dan kenyamanannya.
Kantor itu berada di
kawasan elit. Gedung menjulang, dengan fasilitas kelas atas. Namun,
ketika memasuki bagian dalamnya; tumpukan kardus berjejer disepanjang
koridor. Kertas berserakan diatas meja kerja. Remah-remah sisa makanan
berceceran diatas karpet. Setiap orang saling mengomentari tentang
betapa berantakannya kubikal teman sebelahnya. Konsultan tata ruang
kantor pun disewa. Lalu menentukan hanya 9 item benda yang boleh berada
disetiap kubikal meja kerja. Semua orang kesal, hingga hasil kerja
konsultan yang mahal itu pun menjadi tidak berharga. Apanya yang salah?
Sikap mereka sendiri terhadap ruang kerjanya. Tidak seorang pun bisa
menata meja kerja, selain orang yang setiap hari menggunakannya. Maka
tidak masuk akal jika mengharapkan office boy yang melakukannya untuk
kita. Karena kitalah yang paling bertanggung jawab untuk menjaga
keindahan dan kenyamanannya.
5. Menjaga hubungan dengan rekan kerja.
Sebagus apapun desain
interior kantor Anda, tidak akan terasa nyaman jika hubungan dengan
orang-orang didalamnya tidak bagus. Banyak orang yang tidak saling
bertegur sapa, padahal berada di ruangan yang hanya dipisahkan oleh
sekat tipis setinggi satu setengah meter saja. Padahal jika berhasil
membangun hubungan baik dengan teman-teman, kita bisa menjalani semua
tantangan dan kesulitan dalam pekerjaan dengan menyenangkan. Bila ada
orang yang senantiasa bersedia menolong. Ada sahabat untuk saling
berbagi. Ada kolega yang siap untuk mengulurkan bantuan. Perasaan
tentram, pasti bersemayam didalam hati. Mengapa? Karena orang-orang yang
mempunyai hubungan baik dengan kita selama di kantor, berperan seperti
udara sejuk yang membuat hidup kita terasa nyaman dan melegakan. Namun,
keadaan seperti itu hanya akan terwujud jika kita bersedia menjaga
hubungan dengan mereka.
Bekerja bukanlah
semata-mata mendapatkan nafkah. Bekerja juga adalah tentang menikmati
hidup. Sebab pekerjaan yang dilalui dengan mengorbankan kenikmatan hidup
akan sangat menyiksa. Bekerja juga adalah soal membangun persahabatan.
Sebab bekerja dalam lingkungan yang tidak bersahabat sungguh membuat
perasaan tertekan.
Lebih dari itu, bekerja juga adalah manifestasi rasa
syukur kita atas anugerah yang Tuhan berikan melalui sedemikian
sempurnanya penciptaan diri kita. Malu kita, jika dengan kesempurnaan
anugerah yang sudah Tuhan berikan ini; kita tidak menghasilkan kinerja
yang layak dibanggakan. Maka melalui cara kita bekerja. Dan kualitas
hasil kerja yang kita hasilkan. Kita menunjukkan kepada Sang Pencipta.
Bahwa Dia, telah memberikan penciptaan yang sempurna kepada orang yang
tepat.
Sehingga setiap kali hari berganti malam, kita boleh bergumam;
“Tuhan, sudah kutunaikan tugasku hari ini dengan sebaik-baiknya. Kiranya
Engkau berkenan memberikan anugerah yang lebih baik esok hari….”
Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Training ”Natural Intelligence Leadership”
Source :
The Professional Medical Representative
Tidak ada komentar:
Posting Komentar