Mungkin
Anda pernah kenal seseorang yang nampak selalu sukses di
kantor ? Oke, Kita sebut saja dia Jaka namanya. Secara konstan kariernya terus melaju, sekalipun tak pernah
secara jelas kwalitas yang dimilikinya. Jika diamati, bahkan tak ada
sedikitpun tanda tanda memiliki kecerdasan yang luar biasa, atau
gelar akademik dari luar negeri.
Kedengarannya,
apapun yang dilakukannya cenderung mendapat "anggukan" dari atasan.
Saat meeting, pendapatnya kerap mendapat support dari rekan kerjanya.
Bawahannya pun betah bekerja sama. Mereka senang memberikan bantuan
kepadanya. Orang semacam itu, sekalipun acapkali tidak berhasil
menyelesaikan suatu tugas dengan baik, namun ia selalu tetap
dipertimbangkan untuk mengerjakan project selanjutnya. Dia tidak
memanfatkan senioritas, tidak pula bermain intrik atau menggunakan
keterdekatannya dengan pimpinan. Jadi apa yang sebenarnya terjadi?
Jika
diamati lebih dekat, kita akan menemukan suatu kekuatan yang ia
miliki yang mungkin diperoleh secara alamiah. Itulah ketrampilan
menjalin hubungan. Atau dalam istilah Neuro Linguistic Programming
(NLP) disebut sebagai the skill of rapport building. Kekuatan semacam
ini yang seolah olah membuatnya selalu dapat tune in dalam “panjang
gelombang” yang sama dengan setiap orang. Ia memiliki kemampuan
“menjual” dirinya secara konsisten pada setiap orang
disekelilingnya. Ia menyadari bahwa dalam setiap situasi perlu
menciptakan persahabatan agar dimasa depan dapat melakukan hubungan
dalam bentuk win win solution. Bukankah seringkali kita mendengar orang
menyesal semacam ini : “....Ah, seandainya saya kenal si A dengan baik,
tentu saja saya akan bisa minta tolong dengan lebih nyaman sekarang.... “
Photo by edukasi.kompasiana.com |
Kabar
baiknya sekalipun kita tak punya kemampuan seperti Jaka, yang seakan
bawaan lahir, ternyata kita bisa mempelajarinya dengan cukup mudah.
Saat ini sudah berkembang pesat sebuah bidang baru yang dikenal
dengan Neuro Linguistic Programming (NLP). Melalui NLP orang dapat
membuat model keunggulan setiap orang lain, karena NLP mampu memecah kode
kode sukses yang dimiliki orang orang yang berhasil sehingga dapat
diduplikasi oleh setiap orang.
Ada
berbagai teknik rapport yang dikembangkan dalam NLP. Dalam tulisan
ini kita akan mempelajari beberapa teknik yang basic. Jangan terkecoh
dengan istilah basic, karena dibalik kesederhanaan hal basic itu
menyimpan kekuatan hubungan yang sangat powerful. Teknik ini bahkan
Anda dapat pergunakan pada orang yang baru Anda kenal. Yang penting
adalah keberanian dan konsistensi melatihnya. Sejalan dengan
seringnya dilatih, maka akan terasa berjalan normal dan wajar.
Rapport
Building
Komunikasi
ternyata mirip dengan situasi penjualan, sekitar 83% keberhasilannya
ditentukan jika pembeli menyukai penjual. Kata kunci dari menyukai
adalah adanya rasa kesamaan di antara keduanya. Seseorang menyukai
orang lain jika ada sesuatu yang sama antara dirinya dengan diri
orang lain tersebut.
Anda
pasti pernah berkenalan dengan kawan baru, jika tertarik dengannya,
maka pembicaraan secara otomatis akan mencari kesamaan diantara anda
berdua. Misal menanyakan asal usul daerah, asal sekolah, atau hal
yang lainnya. Jika ternyata kita memiliki kesamaan, rasanya tiba tiba
dekat dengan kawan baru itu. Kesamaan membuat orang saling menyukai,
jika sudah suka akan mempercepat munculnya proses percaya (trust).
Kepercayaan
kepada kita akan membuat mereka merasa Anda berada di pihaknya. Orang
membeli kepercayaan terlebih dahulu, baru membeli ide kita. Dalam
berbagai percobaan sosial, para peneliti telah melaporkan bahwa
kepercayaan itu amat penting bagi sukses komunikasi. Kalau sudah ada
kepercayaan, orang akan lebih mudah menerima saran saran, memberikan
lebih banyak waktu dan secara terbuka berbicara dengan kita, bahkan
pada hal-hal yang terkadang sensitif.
Secara
umum NLP menganjurkan 2 cara membangun pondasi kesamaan agar kita
disukai orang lain dalam berkomunikasi, yaitu :
- Bangun pondasi kesamaan fisiologis / postur tubuh
- Bangun pondasi kesamaan dalam berkata kata.
Dua
hal ini yang akan memunculkan suatu kepercayaan jika dibangun dengan
sungguh sungguh, yang kemudian akan menghasilkan suatu proses
komunikasi yang mulus dan harmonis.
Sebagai
ilustrasi pondasi yang pertama, Lady Diana terkenal pandai menjalin
hubungan dengan semua orang, bahkan pada anak yang masih kecil. Namun
sedikit yang tahu bahwa itu bukan bakat yang dibawa sejak lahir. Lady
Diana belajar memodel dunia anak anak dari guru NLP, Anthony Robbins.
Saat mendekati anak, Lady Di akan berjongkok dan memasang muka
seperti anak-anak. Berjongkok berarti menyamakan fisiologis / postur
dalam hal ketinggian tubuh, agar dapat masuk ke model dunia (model of
the world) anak anak. Ia juga memasang mimik muka anak-anak, supaya
tidak terlihat wajah analitis yang hanya dimiliki orng dewasa. Bisa
dicatat disini, menyamakan postur fisiologi orang lain adalah cara
tercepat untuk membentuk hubungan, cara ini biasa disebut mirrorring
(bercermin).
Pengalaman "bercermin" tanpa sadar ini mungkin pernah terjadi pada Anda. Pada saat
berbicara dengan kawan akrab dan terjadi kecocokan, makin lama posisi
tubuh keduanya semakin mirip satu sama lain seperti layaknya
orang bercermin. Bahkan jika anda perhatikan lebih jauh, sepertinya
saling menirukan tanpa disadari. Proses pencerminan ini terjadi dalam
level alam bawah sadar.
Dari
kedua contoh di atas, maka dengan sengaja kita dapat melakukan
pencerminan untuk mendapatkan rapport pada orang lain secara mendalam
dan cepat. Menariknya, yang dapat kita cermin bukan hanya postur
tubuh (gesture), namun kita juga bisa mencermin pola nafas
(kecepatan, posisi tekanan), gerak mata, rona wajah, tinggi rendah
suara, kecepatan berbicara, dll. Kurangi atau tambah kecepatan bicara
Anda sesuai dengan kecepatan lawan bicara. Anda, demikian juga dengan
tinggi rendah nada suara. Mereka akan merasa sangat nyaman, karena
merasa sama dengan kita.
Mirrorring
berbeda dengan “mimicking”, mirrorring harus dilakukan dengan
sangat subtle (tidak kentara), sehingga alam sadar lawan bicara tidak
mengenalnya namun dikenali oleh alam bawah sadar. Untuk meningkatkan
ketidakkentaraan, Anda dapat melakukan cross mirrorring, yakni
melakukannya dengan sedikit berbeda namun esensinya mirip. Semisal
lawan bicara menggerakkan tangan kiri, maka Anda dapat menggerakkan
tangan kanan. Semisal ia menumpangkan kaki kanannya di atas kaki
kiri, maka Anda dapat melakukan dengan menyilangkan kaki kanan di
depan kaki kiri tanpa menumpangkannya. Anda juga bisa melakukan yang
disebut matching, yakni jika lawan bicara menyilangkan tangan maka
kita menyilangkan kaki. Matching adalah melakukan pencerminan dengan
bagian anggota tubuh yang berbeda.
Harus
dicatat, mirrorring memiliki esensi ‘respek’, yakni ingin memahami
alam pikiran orang lain karena kita merespeknya dengan cara
menyamakan posisi tubuhnya. Sedangnya mimicking adalah meniru-niru
gerakan orang lain tanpa respek.
Pondasi
kesamaan yang kedua adalah menyamakan kata kata (verbal mirrorring).
Menyamakan kata-kata dalam NLP tidaklah sekedar menyamakan kata yang
diucapkan oleh lawan bicara. Yang disamakan adalah sesuatu yang
disebut predikat, yang menunjukkan preferensi pikiran lawan bicara
dalam mengolah informasi.
PREFERENSI
SISTEM PENAFSIRAN DAN PREDIKAT
NLP
secara umum membagi empat cara dasar manusia dalam menafsirkan dunia
sekitar mereka: orang dengan preferensi Visual (V), orang dengan
preferensi Auditorial (A), orang dengan preferensi Kinestetik (K) dan
orang dengan preferensi Auditorial Digital (Ad).
Orang
dengan preferensi Visual melihat dunia, orang dengan preferensi Auditorial mendengarnya, orang dengan preferensi Kinestetik merasakannya, sedangkan orang
dengan preferensi Auditorial Digital mendengarkannya dengan kata-kata sendiri
(konseptualisasi).
Keempat cara ini akan membentuk peta peta mental,
yakni cara seseorang mengorganisasikan semua stimulus yang diterima.
Sistem-sistem itu menolong kita memahami dunia dan berhubungan
dengannya. Dengan peta peta mental ini sebagai petunjuk, kita membuat
keputusan-keputusan tentang bagaimana menanggapi apa saja yang
terjadi di sekitar kita. Penggunaan peta mental ini berlangsung
secara tak sadar. Seseorang secara tidak secara sadar memilih peta
mana yang akan digunakannya untuk berkomunikasi dan terjadi secara
konsisten.
Oleh
sebab itu, bila Anda mengetahui bagaimana membaca peta mental
seseorang, berarti Anda memiliki alat yang maha dahsyat untuk
mengetahui bagaimana pikiran seseorang bekerja. Para manajer yang
mengetahui peta-peta mental yang digunakan oleh anak buahnya, akan
memperoleh hasil lebih balk. Dasarnya adalah karena secara harfiah,
mereka dapat memahami cara anak buahnya dalam berpikir dan mengolah
informasi selama bekerja.
Salah
satu cara untuk mengetahui peta mental orang lain termasuk tipenya
dapat dilakukan dengan jalan mengamati predikat yang digunakan dalam
berbicara. Orang visual akan mengatakan: “Saya bisa melihat point
penting yang Anda maksudkan.” Sedangkan orang auditorial akan
mengatakan “Kedengarannya ide Anda cukup menarik”. Sementara
orang kinestetik akan mengucapkan “Saya dapat merasakan kekuatan
yang tersembunyi dari gagasan Anda.” Disisi lain seorang
bepreferensi Auditorial Digital akan mengatakan “Setelah saya renungkan, gagasan
Anda bisa saya terima.”
Dengan
mengamati kecenderungan penggunaan predikat yang dipergunakan oleh
seseorang secara ekstensif, maka kita bisa mengetahui preferensi
berpikirnya. Dengan demikian, saat berbicara dengannya, gunakan
predikat yang cenderung sama dengan yang dipergunakannya. Misalkan
calon pembeli mengatakan “Hhmmm, nampaknya menarik, namun saya
belum melihat apa keuntungan saya jika membeli jasa yang Anda
tawarkan ?”. Maka kita dapat menjawab: ”Oke, kelihatannya Anda
sangat menguasai persoalan ini, jika jasa ini kita pandang dari
perspektif investasi, maka…”
Dengan
jalan ini lawan bicara tak perlu menerjemahkan ulang kata-kata kita
dalam modus yang cenderung mereka sukai, sehingga ia terhindar dari
kebingungan menangkap maksud kita. Jadi bila Anda tidak berkomunikasi
dengan orang lain menurut cara yang mereka sukai, bahayanya adalah
pembicaraan Anda akan menjadi tidak mudah dicerna oleh lawan bicara.
Mempraktekkan
ketiga hal basic ini saja sudah akan menjadikan Anda sebagai
irresistible communicator (selalu diterima orang lain). Terlebih jika
Anda. mampu menguasai skill dan teknik NLP lainnya. Tentunya
ketrampilan yang kita bahas diatas dapat dipergunakan dalam keseharian di duania kerja, keluarga, hubungan pertemanan, sosial, dan dan sebagainya.
Artikel terkait :
Source :
http://portalnlp.com
http://ronnyfr.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar