by Steven Agustinus
Source : docdreyfus com |
Untuk mengubah hobi yang
kita miliki menjadi keuntungan secara material, hal pertama yang dibutuhkan
adalah kreatifitas. Setiap orang pasti memiliki hobi, tapi yang membedakan
seseorang dengan yang lainnya adalah kreatifitas untuk mengubah hobi menjadi sebuah
keuntungan tersendiri. Jadi, untuk itu dibutuhkan kreatifitas yang di atas
rata-rata.
Yang kedua, tentu saja sense
of business yang cukup tajam, sehingga kita bisa melihat peluang apa saja yang
terdapat dalam hobi yang kita miliki, yang akan bisa menghasilkan keuntungan
secara material bagi kita secara pribadi. Selain itu, kita juga membutuhkan
marketing plan (perencanaan) dan promosi, sehingga apa yang kita pasarkan dari
hobi tersebut bisa diketahui banyak orang.
Orang yang kreatif adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menanggulangi segala
kendala/halangan/kesulitan yang ia miliki, supaya dia bisa tetap diuntungkan
dari situasi atau keadaan yang ada. Saya mendapati bahwa kreatifitas bisa
membuat seseorang selangkah lebih maju dibanding orang-orang lain. Kreatifitas
ini juga yang membuat orang-orang jaman batu dulu bisa menciptakan alat-alat
untuk bertani, bercocok tanam ataupun berburu, sehingga mereka sanggup bertahan
hidup.
Jadi, kreatifitas ini
sebetulnya dimiliki oleh semua orang, hanya mungkin belum terasah. Itu sebabnya
kita sering mendapati adanya pelatihan yang diadakan khusus untuk mengasah
intelegensi kreatif yang kita miliki, sehingga kita bisa menjadi lebih kreatif
dari sebelumnya. Sebagai contoh, dalam memandang sebuah masalah, seringkali
kita seperti ‘terbelenggu’ oleh masalah yang ada, sementara orang-orang yang
memiliki kreatifitas tinggi akan segera berpikir ‘out of the box’. Dengan
demikian, ketika kita berbicara tentang masalah yang dihadapi untuk membuat
hobi kita menghasilkan keuntungan material, kreatifitas menjadi salah satu
senjata utama yang harus kita miliki.
Source: thinkstock.com |
Tips untuk mengasah
kreatifitas
Tips yang dapat diterapkan
untuk mengasah intelegensi kreatif antara lain: belajarlah untuk melakukan
hal-hal yang biasa Anda lakukan dengan cara yang berbeda. Contoh: mungkin
selama ini Anda selalu menempuh jalan yang sama ketika berangkat dari rumah ke
sekolah atau ke tempat kerja. Nah, cobalah mencari jalur alternatif lain, meski
jalur itu sedikit memutar. Hal itu akan melatih kita untuk melakukan hal yang
sama dengan cara yang berbeda, sehingga tanpa sadar, kemampuan berkreasi pun
bisa mulai dikembangkan.
Saya mendapati, hobi yang
bisa diubah menjadi hoki biasanya akan dikerjakan dengan sukacita, karena kita
menyukai dan menikmati apa yang kita kerjakan. Contohnya Michael Jordan; ia
memang suka bermain basket, tetapi ia tidak sekedar menikmati permainannya. Ada
orang yang bahkan mau membayar permainan basketnya itu. Artinya, hobi yang ia
miliki telah berhasil mendatangkan hoki bagi dia, dan bahkan menjadi sumber
income terbesar dibandingkan dari pekerjaan lain yang ia miliki.
Berbicara tentang pentingnya
memiliki sense of business, memang tidak semua orang memiliki sense of business
yang bagus. Itu sebabnya terbukti bahwa hanya sekian persen dari jutaan
masyarakat Indonesia yang memiliki spirit of entrepreneur; rata-rata orang
lebih suka menjadi pegawai atau karyawan biasa yang menerima gaji setelah
bekerja sekian jam atau minggu.
Orang-orang yang memiliki
spirit of entrepreneur biasanya juga memiliki sense of business yang cukup
bagus. Secara sederhana, saya bisa menjelaskan bahwa sense of business adalah
sebuah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk bisa melihat berbagai peluang
bisnis dan memanfaatkannya, sehingga dapat menghasilkan keuntungan secara
material. Untuk bisa memiliki sense of business yang tinggi, mau tidak mau kita
harus belajar mengasah intelegensi visual yang kita miliki, di samping
intelegensi kreatif tadi.
Seseorang yang tidak buta
belum tentu memiliki intelegensi visual yang baik, karena meski bisa melihat,
ia melihat secara pasif. Misalkan, di pojok jalan dekat rumah yang selalu kita
lewati ada tempat tukang tambal ban, namun sekali waktu ketika ban motor kita
kempes, kita kebingungan mencari tukang tambal ban, sehingga akhirnya kita
harus menuntun motor cukup jauh, hanya karena selama ini kita tidak memperhatikan
bahwa di dekat rumah kita sebetulnya ada tukang tambal ban. Itu sebabnya, hanya
orang-orang yang bisa melihat secara aktif yang bisa dengan cepat (dan mudah)
melihat peluang bisnis dalam hobi yang ia miliki.
Lalu, selain ketajaman
intelegensi visual dan kreatif, kita juga perlu memiliki wawasan yang luas.
Untuk satu jenis hobi, ada berbagai macam aspek yang bisa kita gali. Dengan
menggali dan mencari tahu aspek apa saja yang bisa menciptakan peluang bisnis
dari hobi kita, akan lebih cepat pula kita bisa merealisasikan peluang bisnis
tersebut. Selain wawasan yang luas, lingkungan pergaulan kita pun perlu terus
dikembangkan.
Kendala yang dihadapi
Pada dasarnya, setiap hobi
yang kita miliki bisa dibisniskan, karena prinsip demand and supply akan selalu
berlaku – di mana ada orang yang membutuhkan sesuatu, akan selalu ada orang
lain yang berusaha untuk menyediakannya. Dari sinilah akan tercipta
peluang-peluang bisnis, dan karenanya sense of business yang baik sangat
dibutuhkan.
Akan tetapi, ada satu
persoalan di sini; seringkali ada orang yang memiliki sense of business yang
bagus, tetapi hanya terhenti pada sebuah ide dan tidak terealisasi sampai
meraih keuntungan yang diharapkan. Penyebabnya seringkali adalah karena orang
yang bersangkutan belum tertarik untuk menjadikan hobinya sebagai income
tambahan maupun bidang usaha, atau karena ia tidak memiliki lingkup pergaulan
yang luas sehingga tidak menemukan orang yang bisa menolong/mendukung untuk
mewujudkan ide-idenya. Penyebab lainnya adalah
karena orang tersebut tidak memiliki modal, karena untuk merealisasikan ide
menjadi sebuah peluang bisnis pasti dibutuhkan modal.
Penyebab lainnya lagi adalah
karena orang tersebut tidak memiliki integritas. Kembali ke masalah modal,
orang yang integritasnya sudah teruji tidak akan mengalami kesulitan untuk
mencari modal, karena akan selalu ada orang-orang yang dengan rela memberikan
pinjaman, karena mereka percaya kepada kita.
Membuat marketing plan yang
baik
Yang namanya usaha pasti
perlu direncanakan dengan baik. Rencana untuk mewujudkan ide menjadi realita,
dan rencana untuk membuat realita itu berkembang serta menghasilkan keuntungan
yang terus meningkat, itulah yang dinamakan marketing plan. Secara sederhana
marketing plan adalah sebuah rencana untuk memasarkan jenis usaha yang akan
kita jalani. Semakin detil dan sistematis perencanaan kita, semakin besar
peluang kita untuk berhasil.
Untuk membuat perencanaan
pemasaran yang baik, pertama-tama pastikan produk yang Anda jual memiliki
keunikan/keunggulan dibanding produk-produk lain yang sejenis. Misalkan, saya
hobi bermain bulutangkis. Sambil berolahraga, saya mengamati bahwa di lapangan
tempat saya biasa bermain bulutangkis belum ada kantin, sehingga orang-orang
yang datang harus membawa minuman dan makanan sendiri. Dari sini saya melihat
terciptanya peluang bisnis karena ada kebutuhan, dan saya mencoba untuk
memenuhinya. Atau, kalaupun di situ sudah ada kantin, kantin yang ada dirasa
belum cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berolahraga di
sana. Dari adanya kebutuhan itu, kemudian saya menghubungi pihak pengelola
gedung dan menawarkan proposal saya. Setelah mendapat persetujuan, saya bisa
mulai membuat ancang-ancang: apa yang akan saya jual (yang dapat membedakan
kantin itu dari yang sebelumnya), dan membuat olahragawan yang bermain di
lapangan tersebut memutuskan untuk jajan di kantin saya dan bukan yang lain.
Itulah yang saya maksud dengan memiliki produk yang berbeda/unggul.
Tips kedua untuk membuat
marketing plan yang baik adalah: kita perlu belajar mengenali target market
atau calon customer, karena jika tidak, kita tidak akan pernah bisa menjual
produk kepada mereka.
Tips yang ketiga, kita perlu
menemukan orang-orang yang berpotensi untuk mempromosikan produk kita secara
cuma-cuma kepada orang lain, atau orang-orang yang mau membeli produk kita
dalam jumlah besar untuk dipromosikan. Untuk itu, adakalanya kita perlu
membentuk tim promosi yang akan melakukan edukasi produk dan menjelaskan
manfaat-manfaat yang akan diperoleh jika membeli produk tersebut, sehingga
masyarakat luas bisa mulai mengetahui apa yang kita kerjakan.
Ada 2 kendala besar yang
seringkali dihadapi: kendala secara internal dan kendala secara eksternal.
Kendala internal di antaranya adalah jika seseorang tidak memiliki hobi atau
tidak memiliki cukup waktu untuk menjalani hobi tersebut; tidak memiliki
kemampuan untuk membaca peluang, membaca kondisi pasar dan mengelola bisnis.
Ketidakmampuan untuk mengelola bisnis bisa menjadi masalah yang besar, karena
yang namanya bisnis harus dirawat dan dikembangkan. Akibatnya, modal dan
tabungan kita bisa ludes tanpa hasil, dan apa yang sudah kita investasikan
menjadi sia-sia.
Untuk bisa menanggulangi hal
ini, kita harus terus belajar mengembangkan kapasitas, mungkin melalui
pendidikan formal (sekolah-sekolah bisnis) ataupun non-formal (belajar dari
orang lain, meminta seseorang menjadi mentor). Kendala internal lainnya adalah
karena orang tersebut tidak memiliki lingkup pergaulan yang memadai dan tidak
berintegritas. Lalu, kendala eksternal,
antara lain mencakup kurangnya dukungan dari keluarga, kurangnya wawasan dan
tidak adanya sarana dan prasarana untuk mewujudkan rencana yang kita miliki.
Persiapan yang harus
dilakukan
Yang pertama, kita perlu
mengenali potensi bisnis yang terdapat dalam hobi kita; di sinilah pentingnya
memiliki wawasan yang luas. Dalam setiap hobi akan selalu ada peluang bisnis;
pertanyaannya, apakah potensi bisnis itu cukup besar atau kecil?
Yang kedua, lakukan
transisi, karena sekali lagi saya tekankan, yang namanya bisnis perlu
dikelola/di-maintain, sementara mungkin saat ini hobi yang akan kita bisniskan
itu belum menghasilkan apa-apa. Untuk itu, pastikan kita memiliki tabungan yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kita -- minimal untuk 6 bulan ke
depan kebutuhan sehari-hari kita tidak akan terganggu, walau hobi yang kita
bisniskan ini belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Dengan demikian, jika
sekali waktu kita harus keluar dari pekerjaan untuk menekuni hobi lebih lanjut,
perekonomian kita tidak akan mengalami masalah.
Yang ketiga, pastikan kita
memiliki kemampuan untuk mengelola waktu dengan baik; jangan sampai pekerjaan
utama terbengkalai hanya karena ingin mengembangkan hobi yang akan dibisniskan
itu. Tanggung jawab dan pekerjaan tetap harus menjadi prioritas dan
diselesaikan dengan baik. Ingat, integritas adalah segala-galanya. Jadi, bagi
Anda yang saat ini memiliki pekerjaan tetap dan ingin mengembangkan hobi,
pastikan Anda tetap dipandang oleh pemimpin sebagai orang yang berintegritas.
Selain itu, belajarlah
mengenali tren yang sedang berkembang dan kompetitor yang ada dalam bisnis yang
sama, dan mulailah membangun sistem dasar bisnis yang kita miliki. Misalkan:
dari mana kita bisa mendapat pasokan bahan dasar dari barang yang akan dijual,
supplier mana yang bisa memberikan harga yang paling murah, dan seterusnya,
karena dengan begitu kita dapat memiliki bargaining power, dan semakin murah
bahan bakunya, semakin besar profit margin yang bisa kita peroleh.
Lalu, jika kita membutuhkan
tambahan modal, dari mana kita bisa mendapatkannya? Apa target yang ingin kita
raih dalam 6 bulan pertama atau setahun? Bagaimana kita akan mengevaluasi hasil
dalam 6 bulan pertama tersebut? Semua ini bisa dijadikan pertanyaan mendasar
untuk dikaji dan dijawab terlebih dahulu sebelum kita membangun sistem dasar
dari bisnis tersebut.
Dalam sebuah karya,
idealisme adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan. Masalahnya, seringkali
idealisme tersebut berbenturan dengan selera pasar. Seringkali kita tidak bisa
langsung mendulang keuntungan yang besar jika idealisme yang kita miliki
berseberangan dengan selera pasar, tapi salah satu cara yang bisa dilakukan
untuk mulai mengubah selera pasar adalah melalui edukasi produk – kita mencoba
menjelaskan produk yang kita miliki sehingga mulai dikenal, diterima dan
disukai oleh pasar atau target market. Dengan melakukan edukasi produk, selera
pasar pun dapat mulai mengalami perubahan. Contoh yang sederhana adalah apa
yang dilakukan oleh Teh botol Sosro; pada awal mula Teh botol Sosro
diluncurkan, hal tersebut sangat bertentangan dengan selera pasar, karena
konsumen tidak terbiasa meminum teh kemasan (bukan teh yang fresh). Tapi,
dengan berjalannya waktu, seiring edukasi pasar yang dilakukan oleh pihak
pemasaran Sosro, selera pasar pun mengalami perubahan total -- sampai ada
slogan yang berbunyi: ‘Apapun makanannya, minumnya teh botol Sosro’. Jadi,
idealisme tersebut harus diimbangi dengan edukasi produk ke masyarakat.
Ada banyak sekali peluang
yang Tuhan sediakan di sekeliling hidup kita. Selama kita terus berusaha untuk
mengembangkan kapasitas, peluang apapun akan bisa kita raih. Karena itu, terus
kembangkan kapasitas yang Anda miliki !
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar