Source : sailcbc.com |
Pendekatan Reactive
Mereka yang reactive biasanya melihat suatu masalah sebagai ancaman. Entah ancaman terhadap karirnya, bisnisnya, keluarganya, dan sebagainya. Dalam kelompok ini, individu yang bertipe reactive mencari solusi terhadap masalah dengan menggunakan pendekatan logis dan tradisional. Ciri-cirinya:
- Begitu masalah datang individu tersebut cenderung segera mencari cara apapun untuk mengatasinya.
- Masalah dilihat sebagai faktor penghambat perkembangan diri.
- segera menyusun strategi untuk menghadapi masalah
- Karena masalah dilihat sebagai ancaman, dia akan mendominasi pikiran dan cenderung menyebabkan kecemasan dan stress.
Apabila
Anda bekerja di perusahaan, barangkali Anda pernah diminta untuk
memimpin suatu proyek dimana Anda bertanggung jawab untuk mencapai
target tertentu. Disini Anda dihadapkan dengan situasi yang membutuhkan
analisa, justifikasi, dan pemikiran logis dalan menghadapi tantangan
atau masalah yang muncul. Anda akan berada dalam kondisi tertekan untuk
memenuhi deadline. Bisa ditebak, Anda akan cenderung menggunakan
pendekatan reaktif dalam menyelesaikan persoalan.
Pendekatan
ini biasanya dipraktekkan oleh mereka yang sudah menyadari bahwa
masalah bukanlah ancaman tetapi justru konsekuensi yang timbul dari
suatu kondisi yang Kita ciptakan. Oleh karena itu Kita mempunyai
kekuatan untuk mengubah kondisi tersebut dari dalam diri sendiri. Mau menerima masalah dan pada saat yang sama membuat
solusinya. Ciri-cirinya adalah ketika masalah datang, Anda mengenalinya dan menggunakan pendekatan:
- Masalah merupakan kebalikan dari solusi. Ketika masalah muncul, Anda percaya saat itu juga bahwa solusinya sudah ada.
- Anda fokus kepada solusi dari persoalan yang timbul, bukan pada penyebab dari masalah itu. Dengan demikian Anda mengambil alih kontrol dari dalam diri Anda sendiri, bukannya dikendalikan oleh keadaan di luar.
- Masalah merupakan kesempatan untuk pengembangan diri. Anda melihatnya sebagai peluang untuk meciptakan realitas positif dalam hidup Anda.
Mau
menerima masalah bukan berarti berdiam diri. Anda tidak ”kebakaran
jenggot” tetapi mengenali masalah itu dengan tenang dan membuat diri
Anda responsif terhadap semua yang Anda perlukan untuk mengundang
solusi.
Contoh yang paling sederhana adalah ketika pasangan yang
Anda cintai (misalnya istri, suami, atau pacar) sedang ngambek karena
masalah sepele. Dengan pendekatan reactive,
Anda hanya akan memperburuk keadaan dengan bertanya-tanya kenapa dia
harus ngambek, menganalisa penyebabnya dan merasa kondisi ini akan
mengancam keharmonisan hubungan Anda dengannya. Bukannya solusi yang
didapat tetapi justru kecemasan dan kekhawatiran.
Dengan pendekatan receptive,
Anda menerima dan menyadari bahwa pasangan Anda sedang marah. Anda
fokuskan energi Anda untuk menciptakan kasih sayang yang pada dasarnya
merupakan lawan dari kemarahan. Anda tidak larut terbawa suasana –
mencoba mencari jawaban dari analisa kenapa dia jadi marah – tetapi
mengambil alih kendali dari dalam diri sendiri, tetap berpikir tenang,
dan menunjukan sikap positif dalam perilaku Anda. Anda akan rasakan
bahwa berada dalam situasi ini justru membuat diri Anda berkembang. Anda
membuat kualitas positif dari diri Anda muncul ke permukaan dan sudah
menjadi hukum alam dengan bersikap seperti ini pasangan Anda niscaya
akan berubah dari marah menjadi cinta.
Pendekatan receptive
ini bisa Anda praktekkan di kehidupan bisnis, rumah tangga, dan sosial.
Intinya Anda membangun keyakinan bahwa masalah tidaklah nyata sehingga
Anda tidak merasa terbebani. Latih diri Anda untuk tidak reaktif ketika
suatu masalah muncul. Fokuskan diri Anda pada lawan dari masalah, yaitu
solusi, untuk menemukan kendali dan bukannya larut dalam masalah itu.
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar