By H.R. Sofuan M
Buku-buku seperti Alchemist dan Power of Now, menjadi bacaan yang
sangat digemari belakangan ini. Kedua buku tersebut pada mulanya kurang
diminati. Saat diluncurkan keduanya hanya terjual beberapa ratus
eksemplar saja. Bahkan buku Power of Now karangan Ekhardt Tolle, menurut
pengarangnya sendiri, saat pertama diluncurkan, tahun 1998, menyapa
pembacanya melalui mulut ke mulut dan Ekhardt mengantar sendiri beberapa
eksemplar bukunya ke toko-toko kecil di Vancouver, Kanada. Dan ketika
Oprah Winfrey terpengaruh oleh buku tersebut, pertumbuhan penjualannya
pun meledak.
Demikian juga buku Alchemistnya Paulo Coelho. Saat
pertama diluncurkan, sangat sepi peminat. Tapi sejak tahun 2003, buku
tersebut laris manis bak pisang goreng.
Selain kedua buku
tersebut, buku-buku lainnya seperti Journey of the Soul, Conversation
with God, dan sebagainya, yang berhubungan dengan masalah spiritualitas
dan tingkat kesadaran, juga menjadi buku-buku populer yang sangat
diminati.
Mengapa buku-buku tersebut baru belakangan ini begitu
diminati? Apakah ini tanda bahwa level of consciousness atau tingkat
kesadaran dari umat manusia belakangan ini semakin meningkat ?
Digemarinya
buku-buku, situs-situs di net, seminar, workshop dan sebagainya
mengenai masalah spiritual atau tingkat kesadaran, bersamaan waktunya
dengan perkembangan pesat yang terjadi pada teknologi, terutama
teknologi informasi.
Perkembangan teknologi informasi mau tidak
mau menyebabkan banyak terjadinya perubahan sosial pada kehidupan
manusia sehari-hari. Kecepatan mengakses informasi, kerbukaan, semakin
sempit/menyatunya dunia dan sebagainya, membuat perubahan pada gaya
hidup manusia.
Selain perkembangan pesat teknologi informasi,
bumi dimana kita diami ini juga terlihat semakin sering mengalami
bencana-bencana alam. Kita dapat perhatikan bahwa bumi juga berubah,
semakin banyak gempa bumi, angin topan, tsunami, banjir dsb.
Manusia
terus berubah, bumi juga terus berubah. Perubahan memerlukan
penyesuaian diri. Manusia mempunyai sistem penyesuaian alami untuk
menghadapi setiap perubahan gaya hidup ini. Kesadaran dalam diri
manusia dan alam akan “memaksa” manusia untuk menyesuaikan diri agar
terjadi keseimbangan dalam kehidupan. “Pemaksaan” alamiah ini dapat
berupa bermacam macam hal. Seperti misalnya kegiatan dalam pendekatan
terhadap yang Maha Kuasa, meditasi, berzikir, perawatan tubuh, yoga dan
sebagainya. Ini adalah jawaban manusia yang terjadi secara alami untuk
menghadapi perubahan cepat ini.
Perubahan pada teknologi yang
kita sebut sebagai ‘high tech” tentu saja pada satu sisi sangat
menguntungkan. Tapi pada sisi lainnya pasti ada negatifnya.
Tetapi,
apa artinya high tech kalau tidak ada low tech? Apa artinya malam kalau
tidak ada siang? Salah satu sifat alami dari manusia untuk mengimbangi
perkembangan pesat yang terjadi pada kehidupan manusia di jaman
informasi, dan perubahan pada bumi ini, datang dari dalam diri kita
sendiri. Dan hal ini yang berhubungan dengan masalah spiritual, dan
mungkin, spiritual ini adalah jawaban dari high tech yaitu low tech dan
ini ada dalam diri kita sendiri.
Bicara mengenai spiritual,
tulisan ini tak berniat nampak seperti seorang kiai atau pendeta atau
apapun yang sedang ”diskusi” agama. Tetapi hanya berbicara mengenai
mengenai diri kita sendiri.
Spiritual berasal dari kata spirit.
Spirit memberikan antusiasme, sangat berpengaruh dan ia hidup. Spirit
adalah semangat dan spirit itu hidup, ia juga merupakan sebuah entitas.
Spirit adalah energi. Spirit dapat berkomunikasi. Berkomunikasi dengan spirit adalah SPIRIT-UAL.
Dalam
pengembangan diri kita untuk meningkatkan level of consciousness atau
tingkat kesadaran, spiritual adalah hal yang penting. Spiritual adalah
cara kita berhubungan dengan diri kita sendiri…diri kita yang seutuhnya
atau dikenal sebagai higherself atau wholeself kita.
Sebagai
seorang manusia yang telah menjalani proses kehidupan, diri kita tidak
utuh lagi, kita telah terfragmentasi oleh pengalaman dalam kehidupan,
trauma, ajaran dan sebagainya. Diri kita yang “terfragmentasi” ini, yang
menyebabkan depresi, kesedihan dan kemarahan.Untuk kembali ke diri kita
yang seutuhnya, kita harus re-fragmentasi diri kita.
Kita dapat
kembalikan atau re-fragmentasidiri kita kembali ke seutuhnya, hanya
dengan kesadaran melalui proses spiritual. Spiritual adalah sebuah
proses, sebuah proses perjalanan….menuju kesadaran.
Apakah
kegemaran membaca buku-buku, mengikuti seminar dan workshop mengenai
pengembangan diri, yang berhubungan dengan spiritual belakangan ini
adalah jawaban alami dari manusia untuk perubahan-perubahan cepat yang
sedang terjadi? Apakah memang betul tingkat kesadaran kolektif manusia
sedang meningkat terus?
Jawabannya ada dalam diri anda sendiri......
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar