Halaman Muka

Senin, 05 Januari 2015

The Increasing of Level of Consciousness

By H.R. Sofuan M

Photo: journal-pano_23670 by macrj Flickr
Memahami Spirit untuk Menaikkan Kesadaran

Buku-buku  seperti Alchemist dan Power of Now, menjadi bacaan yang sangat digemari belakangan ini. Kedua buku tersebut pada mulanya kurang diminati. Saat diluncurkan keduanya hanya terjual beberapa ratus eksemplar saja. Bahkan buku Power of Now karangan Ekhardt Tolle, menurut pengarangnya sendiri, saat pertama diluncurkan, tahun 1998, menyapa pembacanya melalui mulut ke mulut dan Ekhardt mengantar sendiri beberapa eksemplar bukunya ke toko-toko kecil di Vancouver, Kanada. Dan ketika Oprah Winfrey terpengaruh oleh buku tersebut, pertumbuhan penjualannya pun meledak.

Demikian juga buku Alchemistnya Paulo Coelho. Saat pertama diluncurkan, sangat sepi peminat. Tapi sejak tahun 2003, buku tersebut laris manis bak pisang goreng.

Selain kedua buku tersebut, buku-buku lainnya seperti Journey of the Soul, Conversation with God, dan sebagainya, yang berhubungan dengan masalah spiritualitas dan tingkat kesadaran, juga menjadi buku-buku populer yang sangat diminati.

Mengapa buku-buku tersebut baru belakangan ini begitu diminati? Apakah ini tanda bahwa level of consciousness atau tingkat kesadaran dari umat manusia belakangan ini semakin meningkat ?

Digemarinya buku-buku, situs-situs di net, seminar, workshop dan sebagainya mengenai masalah spiritual atau tingkat kesadaran, bersamaan waktunya dengan perkembangan pesat yang terjadi pada teknologi, terutama teknologi informasi.

Perkembangan teknologi informasi mau tidak mau menyebabkan banyak terjadinya perubahan sosial pada kehidupan manusia sehari-hari. Kecepatan  mengakses informasi, kerbukaan, semakin sempit/menyatunya dunia dan sebagainya, membuat perubahan pada gaya hidup manusia.

Selain perkembangan pesat teknologi informasi, bumi dimana kita diami ini juga terlihat semakin sering mengalami  bencana-bencana alam. Kita dapat perhatikan bahwa bumi juga berubah, semakin banyak gempa bumi, angin topan, tsunami, banjir dsb.

Manusia terus berubah, bumi juga terus berubah. Perubahan memerlukan penyesuaian diri. Manusia mempunyai sistem penyesuaian alami untuk menghadapi setiap perubahan gaya hidup ini.  Kesadaran dalam diri manusia dan alam akan “memaksa” manusia untuk menyesuaikan diri agar terjadi keseimbangan dalam kehidupan. “Pemaksaan” alamiah ini dapat berupa bermacam macam hal. Seperti  misalnya kegiatan dalam pendekatan terhadap yang Maha Kuasa, meditasi, berzikir, perawatan tubuh, yoga dan sebagainya. Ini adalah jawaban manusia yang terjadi secara alami untuk menghadapi perubahan cepat ini.

Perubahan pada teknologi yang kita sebut sebagai ‘high tech” tentu saja pada satu sisi sangat menguntungkan. Tapi pada sisi lainnya pasti ada negatifnya.

Tetapi, apa artinya high tech kalau tidak ada low tech? Apa artinya malam kalau tidak ada siang? Salah satu sifat alami dari manusia untuk mengimbangi perkembangan pesat yang terjadi pada kehidupan manusia di jaman informasi, dan perubahan pada bumi ini, datang dari dalam diri kita sendiri. Dan hal ini yang berhubungan dengan masalah spiritual, dan mungkin, spiritual ini adalah jawaban dari  high tech yaitu low tech dan ini ada dalam diri kita sendiri.

Bicara mengenai spiritual, tulisan ini tak berniat nampak seperti seorang kiai atau pendeta atau apapun yang sedang ”diskusi” agama. Tetapi hanya berbicara mengenai mengenai diri kita sendiri.

Spiritual berasal dari kata spirit. Spirit memberikan antusiasme, sangat berpengaruh dan ia hidup. Spirit adalah semangat dan spirit itu hidup, ia juga merupakan sebuah entitas.

Spirit adalah energi. Spirit dapat berkomunikasi. Berkomunikasi dengan spirit adalah SPIRIT-UAL.

Dalam pengembangan diri kita untuk meningkatkan level of consciousness atau tingkat kesadaran, spiritual adalah hal yang penting. Spiritual adalah cara kita berhubungan dengan diri kita sendiri…diri kita yang seutuhnya atau dikenal sebagai higherself atau wholeself kita.

Sebagai seorang manusia yang telah menjalani proses kehidupan, diri kita tidak utuh lagi, kita telah terfragmentasi oleh pengalaman dalam kehidupan, trauma, ajaran dan sebagainya. Diri kita yang “terfragmentasi” ini, yang menyebabkan depresi, kesedihan dan kemarahan.Untuk kembali ke diri kita yang seutuhnya, kita harus re-fragmentasi diri kita.

Kita dapat kembalikan atau re-fragmentasidiri kita kembali ke seutuhnya, hanya dengan kesadaran melalui proses spiritual. Spiritual adalah sebuah proses, sebuah proses perjalanan….menuju kesadaran.

Apakah kegemaran membaca buku-buku, mengikuti seminar dan workshop mengenai pengembangan diri, yang berhubungan dengan spiritual belakangan ini adalah jawaban alami dari manusia untuk perubahan-perubahan cepat yang sedang terjadi? Apakah memang betul tingkat kesadaran kolektif manusia sedang meningkat terus?

Jawabannya ada dalam diri anda sendiri......

Source :

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...