Halaman Muka

Minggu, 30 Desember 2012

The Relationship of Trust to Hope in Cancer Patients

By Roy B, Sessions, MD, FACS

Source: topnews.ae
In my most recent blog, The Redefinition of Hope, I promoted a more flexible characterization of hope among cancer patients by contending that goals less ambitious than an actual cure ought to be part of the new vocabulary. Time for closure in life, restating affections, mending friendships, a tranquil death, and other desirables were cited as examples of this new vocabulary. I went on to state that trust between cancer patients and oncologists was essential to the development of hope, what ever its definition. Let’s explore the linkage.

As it pertains to this subject, to trust is to have faith and confidence not only in the integrity and commitment, but especially in the beneficence of the person in charge; bottom line: “Will my doctor do and advise what is best for me, and not what is scientifically or personally challenging?” One might ask why wouldn’t beneficence automatically be part of their doctor’s persona? In fact, it usually is, and most oncologists believe they always act in the best interest of their patients. However, even well meaning and intelligent individuals are sometimes self-delusional. In deciding how much treatment is enough, the cancer physician must repeatedly question the logic and practicality of a given therapy, and importantly, whether they would recommend the same if the patient was their own family member. This is the essence of beneficence; and even if the chosen strategy turns out to be wrong, it is morally defendable if designed and implemented with the best interest of the patient in mind.

MENJUAL dengan NAFSU

"….cxvchgtr5efjkbpo2565df3glkmiogewu.kgp[]pgf;mlkfdj’;],.;lkjgfggk/bhs.ofsjvfnmdfggjnkgfknkgfjfkjgljgldjgotlgj,dljgpo35687trykrjtre54hhdj32tudu38tiu3.5h4gj3.hj.3fk3fjk3fg54jk6hj4hg3j357j6e8090ujgnbxchtjk…"
Source: supersalesmen.net
Tulisan diatas mungkin akan menggambarkan apa yang anda pikirkan tentang “nafsu” yang menjadi judul tulisan, sebagian orang akan berpikir menjual dengan mengumbar syahwat, dengan mendesah, dengan rayuan dan pikiran gak jelas lainnya persis seperti ketika sales ditempat saya bekerja menanggapi istilah nafsu ini. Tentu karena pikiran kita terpengaruh dengan pemandangan yang terjadi disekitar kita tentang syahwat yang diexpresikan dalam berbagai macam media akhir-akhir ini.
Terlepas dari semua ’viktor’ alias vikiran kotor yang kerap kali mengexploitasi diri kita sehingga menjauhkan kita dari sikap positif yang menjadi dasar kesuksesan seseorang seperti yang sering diungkapkan dalam training-training. Sikap positif tentu akan memandu kita untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul, focus terhadap solusi, bukannya kita lari dari masalah itu. 

Mengukur Rasa Cinta Kepada Pekerjaan

By Dadang Kadarusman


Tidak perlu menunggu terkena PHK terlebih dahulu untuk mulai mencintai pekerjaan yang kita miliki. Karena jika demikian, maka semuanya sudah teramat sangat terlambat.

Kepada Kita selalu dikatakan untuk mencintai pekerjaan. Sebab katanya, jika kurang mencintai pekerjaan yang Kita miliki, maka tidak mungkin Kita bisa mengoptimalkan potensi diri yang ada dalam diri. Nasihat ini sungguh masuk akal. Sebab, tidaklah mungkin bisa bersungguh-sungguh mencurahkan 100% kemampuan yang dimiliki untuk mengerjakan sesuatu yang tidak Kita cintai. Tantangannya sekarang adalah; bagaimana mengukur rasa cinta kepada perkerjaan? Tahukah anda?
Hari jum'at pekan silam saya berkunjung kekantor seorang tokoh pengusaha sukses, sekaligus penulis buku best seller, dan trainer terkemuka yang sangat saya hormati. Beliau membekali saya dengan gift berupa tas yang didalamnya berisi brosur tentang salah satu bidang usaha pengembangan sumber daya manusia yang dikelolanya. Karena isinya cukup banyak, maka saya memutuskan untuk membaca informasi yang ada didalamnya sedikit demi sedikit. Satu demi satu modul dan majalah yang ada saya baca. Sampai pada akhirnya, saya mengeluarkan satu-satunya majalah yang masih tersisa didalam tas itu. Dan, dihadapan saya sekarang ada majalah tentang teknologi dan perkembangan dunia komputer.

How To Reduce Negativity

by Alex Lickerman

In one sense, the battle to be happy is a battle against negativity.  Bad things happen all the time but how we internalize them, how we react to them, is what ultimately determines their final effect on us—and over that we have simultaneously more and less control than we realize.  More, because we assign the meaning of events, not the events themselves, even though it feels as if that meaning is somehow assigned for us.  

Yet less, because we can rarely simply decide when confronted with a negative life event that is is, in fact, actually positive.  To do that, we have to find a way to actually believe it, and that requires a process of continual self-reflection and attitude training; a program designed to strengthen our life force, so to speak. And a willingness to attack our negativity at its root.  Though we all have negative selves, there seem to be only two basic reasons they appear:  one is as a result of a lack of self-confidence, or belief that we can solve a particular problem; the other is simply out of habit.

Selasa, 25 Desember 2012

Knowing When To Stop


"When do we stop?" my patient's son asked me. "That's really hard to know," I answered. We were discussing when to stop making interventions in hopes of trying to save his father's life. He'd been diagnosed with a severe gastrointestinal bleed from a stomach ulcer. Though most bleeding of this kind is identified in time and stopped, my patient had lost nearly half his blood volume and passed out before anyone realized anything was wrong. By the time his family had brought him to the emergency room, he was hypotensive,  unconscious, and in acute kidney and liver failure. He was admitted directly to the ICU, transfused eight units of blood, and put on a ventilator. Forty-eight hours later, his kidney function had worsened enough that we were considering beginning him on dialysis, and he'd developed an aspiration pneumonia.

"It's just one thing after another," his son lamented when I told his family this news. I nodded. We see this commonly, I told him. When one organ system starts to fail for any reason, others frequently follow, like lemmings diving off a cliff, either as a direct result of the failure of the first organ system or as a result of the same insult that caused the first organ system to fail (as in his father's case). Additionally, if there's one adage in medicine that's both tragically true and unappreciated by laypeople it's that interventions (like ventilators) to reverse or manage complications (like brainstem injury) frequently lead to more complications (like aspiration pneumonia).

Listening To Your Inner Voice

by Alex Lickerman

Source: amazon.com
A patient who held an upper-level management position in his company once told me the following story:  he was interviewing a candidate for a mid-level management position and thought, on the surface, the candidate was a star:  enthusiastic, mature, intelligent, articulate, prepared, experienced, and visionary.  After consulting with his other upper-level management peers who also interviewed the candidate, hiring him seemed a no-brainer.  And yet, my patient told me, something made him hesitate.  

Something about the candidate—he still couldn’t explain what—just “rubbed him the wrong way.” He was confused about feeling this as he’d also liked the candidate.  But for some reason, he didn’t feel the usual enthusiasm he liked to feel about people he hired.  But…the candidate’s references were excellent, he was eminently qualified for the position, my patient’s colleagues all wanted to hire the candidate for their own divisions, and my patient couldn’t explain his own doubts.  So he hired him. Six months later, one of his female employees accused the candidate of sexual harassment, produced damaging emails revealing threats the candidate made to her, sued him and the company, and obtained a hefty settlement.  Needless to say, the candidate was fired.

Minggu, 23 Desember 2012

What Happens When Leaders Fail to Lead?


An old adage about managers vs. leaders says that "managers do things right and leaders do the right thing." So, leadership is about doing the right thing - and it should always be about that. There should never be any exceptions to that rule, because that is when leaders fail.

A good example occurs often in politics. An elected leader knows what is the right thing to do, but wavers from that path because taking the right course may alienate some voters and hurt the politician's chances for reelection. You can't lead effectively if your actions are motivated by staying in power, rather than taking the right actions.

Akar Rasa Hormat Bawahan

”Kemampuan seseorang tidak tercermin pada jabatan yang disandangnya, melainkan dalam tindakan aktualnya sehari-hari.”

Source: leadershippost.com
Salah satu tantangan dalam kepemimpinan adalah bagaimana caranya membuat orang-orang menaruh rasa hormat kepada pemimpinnya. Memang, ada banyak pemimpin berwibawa yang benar-benar dihormati oleh bawahannya. Tetapi, lebih banyak lagi pemimpin yang diremehkan. Khususnya di lembaga-lembaga yang tidak terkungkung oleh senioritas.  Siapapun berhak dan bisa meraih jabatan tertentu tanpa harus ‘mengantri’ terlebih dahulu. Ada baiknya memang. Sehingga proses promosi bisa benar-benar mengandalkan kemampuan aktual. Sayangnya rasa hormat bawahan tidak bisa begitu saja muncul. Seorang pemimpin harus memiliki suatu standar kualitas pribadi yang memadai untuk menjadikan orang lain bersedia menghormatinya.

Beberapa hari lalu saya menemani anak lelaki kami untuk mengikuti ujian kenaikan tingkat suatu cabang ilmu beladiri. Hitam. Itulah warna sabuk yang didambakan semua orang. Seingat saya, tidak mudah untuk mendapatkan sabuk hitam itu. Namun sekarang,  anak kelas 5 SD pun sudah banyak yang menyandang Sabuk Hitam. Tetapi, melihat kemampuan mereka menunjukkan jurus-jurusnya, saya yakin; orang dewasa seperti Anda yang tidak memiliki sabuk ilmu beladiri khusus pun dapat menjatuhkan mereka tanpa kesulitan berarti. 

Why Bullies Are On Top

Bullies can teach you something

Source : unison.org.uk
They may be at work, in your social group, or in your neighborhood. As a child it’s likely that you encountered a few at school and still remain resentful. A bully can preoccupy your thoughts and affect your attachment to a place or to other people. They can mistreat you and yet charm others who either fail to recognize their manipulative and denigrating behavior or who choose to ignore it out of their own need for acceptance or experience of helplessness.

A workplace or professional setting can be miserable when you have regular contact with someone who bullies either harshly or slightly.  Even if you are not a target, the behavior of a bully seems to permeate the entire atmosphere of an organization, especially if it is disregarded or goes unrecognized by those who have the authority to control it. Just to know you’re not alone, the Workplace Bullying Institute reported in their 2010 findings that 35% of workers have experienced bullying firsthand, which they define as “repeated mistreatment: sabotage by others that prevented work from getting done, verbal abuse, threatening conduct, intimidation, and humiliation” (HBI, 2010). 

How To Become Rich


What’s Different Between Rich People and the Poor People?

Source : beginnersinvest.about.com
Nearly everyone wants to learn how to become rich, but not many are. Why do so few people have real wealth, even though everyone desires it? Certainly, there must be some fundamental differences between the rich and the poor that can account for the differing levels of success.

Rich people often seem capable of generating amazing things in their lives. And many with less money seem to be stuck and the hunt for the secrets to become of how rich. You wouldn’t be alone if you concluded that this is due to some difference in abilities or work ethic. But if you look closely at the rich people you know, you’ll likely find that most aren’t particularly lucky, intelligent, or hardworking.

Slow But Sure

Source: shopmania.com

Slow but Sure, meminjam istilah Slank, salah satu group band terkenal di tanah air. Istilah keren ini sedikit mengingatkan terkadang kita terlupa dengan tujuan untuk tetap bersemangat dan selalu focus terhadap keinginan & harapan kita. Setiap orang pasti mendambakan dengan kesuksesan, ada yang di raih dengan cepat, ada juga yang di raih dengan sangat cepat namun ada juga yang diraihnya dengan sedikit terlambat.

Banyak orang bilang lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali, sebagai tenaga penjualan seringkali kita di hadapkan dengan permasalahan dan kendala yang diluar perkiraan kita. Terkadang ada perasaan tidak mampu, bahkan menyerah untuk kemudian mencoba berpaling dari pekerjaan kita sekarang, sering tidur di masjid, ngopi sambil ngobrolin tentang pekerjaan di tempat lain yang lebih baik, atau menjelek-jelekan perusahaan, atasan dan siapapun yang sebenarnya kita tahu itu tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

The Limits of Ambition



Over eight metres above the ground, and around a metre above his last piece of protection, he fell. The force of his fall dislodged the cam, and then the next piece of gear, and then the next, and then he hit the ground with a thud. A group of my friends saw this climber fall and the ambulance take him away, but I don't know how he fared in hospital. At best, it would have been a long and painful recovery process.

Minggu, 16 Desember 2012

The Pattern Of Your Success

By James Gwee Thian Hoe, MBA

Semua orang ingin mengetahui rahasia meraih sukses. Semua salesman ingin mengetahui "formula" yang tepat untuk segera menjadi salesman yang sukses.Toko buku penuh dengan buku - buku yang menawarkan berbagai tips dan teknik untuk menutup semua penjualan. Semua penulis menyatakan bahwa teknik mereka telah berhasil dan bahwa ratusan, bahkan ribuan salesman telah menjadi salesman yang berhasil karena teknik - teknik tersebut. Ada begitu banyak penulis, buku dan teknik. Ada teknik yang berhasil untuk orang tertentu, sementara teknik lain hanya berhasil bila dilakukan oleh orang lain !

Jadi teknik mana yang berhasil dan teknik mana yang tidak berhasil ? Sebenarnya : Tidak ada satupun formula yang berhasil untuk semua orang. Setiap salesman berbeda, memiliki kepribadian dan gaya yang berbeda, perilaku konsumen dikota yang berbeda juga akan berbeda. Karena itulah beberapa teknik berhasil pada orang tertentu sementara teknik yang sama tidak berhasil untuk salesman lain sama sekali. Jadi masalahnya tidak pada buku atau teknik. Teknik - teknik yang berhasil hanya dikarenakan faktor kesesuaian, sama seperti berbagai hal lain, teknik yang tepat untuk orang yang tepat.

Membangun Hubungan Dengan Pelanggan



Dalam dunia bisnis, network atau jaringan adalah segalanya. Untuk itu, memiliki hubungan jaringan yang luas dan kuat adalah salah satu kunci kesuksesan dalam bisnis. Dengan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, akan didapat banyak manfaat. Hal ini dikarenakan terjalinnya kepercayaan / trust dalam hubungan itu. Banyak urusan yang semula sulit akan menjadi terasa jauh lebih mudah. Rapat-rapat yang penuh perdebatan akan menjadi rapat yang sederhana dan penuh keyakinan. Tingkat kompetisi yang semula begitu keras pun akan dapat menjadi lebih mudah karena hubungan yang kuat tersebut.

Lalu bagaimana membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan? Ada enam cara yang diyakini akan dapat memperkuat hubungan dengan pelanggan. Tentu saja cara ini harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Namun, setidaknya prinsip kerja cara tersebut dapat menjadi insipirasi dalam usaha membangun hubungan dengan pelanggan. Enam cara itu adalah:

Nature's Pharmacy Is Full of Surprises


Millions of Americans are turning to plants and other natural remedies to boost their general health as well as to treat everything from colds and hot flashes to headache and depression. Here's how to use them wisely.

Source : ukardc.org
When in the movie You've Got Mail, brainy bookstore owner Kathleen Kelly (played by America's sweetheart Meg Ryan) comes down with a miserable cold, what does she do? The same thing that millions of other Americans are doing these days: she reaches for the echinacea.

Welcome to the era of flower power. Today, natural therapy is blooming all over the U.S. Dissatisfied with conventional medicine's bureaucracy and coldness, Americans are turning to alternative therapies in record numbers. According to a issue of the Journal of the American Medical Association, more patients are visiting alternative practitioners than primary care M.D.s. "People want that sense that they are being heard, listened to and understood," says Mark Blumenthal, executive director of the Austin, Texas-based American Botanical Council, a nonprofit organization devoted to researching the effects of plants. "That's something that conventional medicine can't do, because it can't afford to."

Problem Solving Approach



Source : sailcbc.com
Dalam perjalanan hidup seorang anak manusia pasti pernah dan bahkan sering menghadapi masalah. Masalah yang datang memiliki hikmah dan berkah bagi individu agar dapat tumbuh dan berkembang serta mengembangkan potensinya untuk menjadi individu yang seutuhnya.  Dalam menghadapi masalah, Kita dapat mengelompokan individu dalam dua kelompok yaitu individu yang dalam menghadapi masalah dengan melakukan pendekatan yang reactive dan  individu yang menghadapinya dengan pendekatan yang receptive. 

Competitor Intelligence, Part II


Beberapa waktu lalu pada ulasan Competitor Intelligence, Part I  Kita dapat menemukan adanya sebuah benang merah bahwa hampir semua sektor industri melakukan aktifitas pengumpulan informasi demi kelangsungan hidup industri itu sendiri. Rasanya tidak berlebihan bila dapat dikatakan dalam  denyut nadi sebuah perusahaan, disadari atau tidak, melakukan aktifitas “spionase / intelijen”.

Sebelum Kita masuk dalam pokok bahasan utama tentang salah satu aktifitas seseorang yang bekerja di dunia marketing product etichal (obat-obatan /farmasi) yaitu Survey Apotek, kiranya Kita terlebih dahulu memahami tentang intelijen secara garis besar. Ulasan berikut ini disarikan dari berbagai sumber terkait dunia spionase / intelijen.

Sabtu, 01 Desember 2012

Surat untuk Teman Sejawat

Beberapa waktu lalu Saya membaca sebuah tulisan yang cukup menarik pada kolom catatan Facebook. Sebuah tulisan yang menurut hemat Saya cukup menyentuh, menggugah dan membumi untuk direnungkan. Sebuah tulisan dari seorang dokter di tanah air Kita ini, berikut tulisan catatan tersebut di atas :


oleh Andrew Nugroho pada 24 Oktober 2012 pukul 23:03 ·
Teman sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah Fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.


Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

The Five Questions Patients Should Ask Their Doctors

by Alex Lickerman, M.D
Five questions can make the difference between success and failure

news detik.com
I once had a patient in whom I found a small breast lump. She was only thirty-two, and the lump was soft, non-tender, and mobile. But it was new. She examined her breasts monthly and was definitive that she hadn't felt it the month before. And she had a family history of breast cancer.
So, I asked myself, what to do? Her age—as well as the lump's characteristics on exam—made the likelihood that it was cancer quite low. She had a lot of fibrocystic changes in her breasts (meaning they were lumpy to start with), and this was most likely a benign lump that had enlarged from a smaller one that had been present before but that had simply gone noticed in a field of lumps. But the family history of breast cancer was in a first degree relative.

The High Art of Handling Problem People

By Hara Estroff Marano
Dealing with difficult people is a special skill—and an increasingly necessary one. 

managers.org.uk
The walk-in medical clinic was about to close for the day when Susan Biali got a call from one of her longtime patients. Could the doctor please hang in a bit longer? The caller was feeling very ill and needed to see her immediately. An exhausted Biali extended her already burdensome day and waited for the patient to arrive. Some time later, the woman sauntered in; she was perfectly fine. She just needed a prescription refill.

"She totally lied to me," the Vancouver doctor recalls. "Afterwards, I was so upset that the degree of my reaction troubled me. I'm a general physician with some training in psychiatry. Yet I couldn't put my finger on exactly why I was so bothered. I thought it was a flaw in myself."

Eventually, she identified what set her off: "You think you're in an innocuous situation—a typical doctor-patient encounter. But the woman took complete advantage of my compassion. Then, not only wouldn't she acknowledge the lie, but she looked at me blankly and demanded, 'Can't you just move on and give me my prescription?' She made me feel that I was the problem."

Operasi Caesar

Proses melahirkan secara operasi caesar ternyata lebih berbahaya dibandingkan proses bersalin normal. Media Dailymail mewartakan, Rabu (1/8), menurut sebuah penelitian, satu dari sepuluh wanita terkena infeksi pascamelahirkan caesar, sehingga mereka perlu dirawat lebih lama. 

Dr Catherine Wloch dari Departemen Kesehatan dan Infeksi Associated Antimicrobial Resistance, di HPA, London, Inggris, mengatakan, "meskipun infeksi bagian paling caesar lukanya tidak serius, infeksi tersebut akan berakibat pada sistem kesehatan si ibu kemudian hari." 

Para ahli kedokteran mempetingatkan, caesar harus dilakukan hanya bila benar-benar diperlukan karena risiko infeksi sangat tinggi. Kelahiran yang memerlukan operasi caesar adalah melahirkan kembar, ibu hamil dengan tekanan darah tinggi, atau diabetes yang berarti bahwa kelahiran alami akan berisiko tinggi. 

Sebanyak satu dari sepuluh ibu hamil menderita rasa takut melahirkan yang dikenal sebagai tokophobia. Untuk beberapa itu hanya sebuah fobia irasional, tetapi pada orang lain itu dipicu oleh trauma persalinan sebelumnya. 

Di bawah bimbingan Lembaga Kesehatan Inggris, wanita yang meminta operasi caesar karena mereka gelisah pertama akan diberikan konseling. Jika gagal untuk menghilangkan ketakutan mereka, mereka akan diizinkan untuk memilih operasi. Tingkat kelahiran dengan caesar meningkat dua kali lipat sejak 1990. Saat ini, proses kelahiran tersebut menyumbang hampir seperempat dari semua kelahiran di dunia. 

Competitor Intelligence, Part I

Sudah agak lama rasanya tidak posting di blog ini terkait aktifitas kerja yang menuntut waktu dan konsentrasi. Tekanan dan tantangan yang semakin menarik, membuat diri menjadi lelah secara fisik dan mental. Untuk melepaskan penat dan tertarik akan resensi film James Bond yang terbaru, Saya meluangkan waktu untuk menontonnya. Skyfall, sebuah film tentang agen 007 yang menurut hemat saya adalah sebuah film James Bond yang terbaik yang pernah dibuat. Figur seorang agen spionase yang alami, minim gadget canggih dan emotional sense yang membumi. Film tersebut menjadi inspirasi untuk menulis tentang beberapa hal yang menjadi sebuah rutinitas seorang medical representative. Tulisan ini merupakan sebuah ulasan awal yang mudah-mudahan akan terus berlanjut dalam mengkaji dan mencoba untuk berbagi tentang salah satu aktifitas seorang medical reps, yaitu Survei Apotik.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...