Coba perhatikan baik-baik, apakah ada yang aneh
dengan judul artikel ini? Sekalipun tidak terlalu aneh, tetapi tidak lazim.
Saya sendiri tidak pernah mendengar nasihat atau kuliah kepemimpinan yang
membicarakan topik tentang memuliakan bawahan. Kata-kata itu meluncur begitu
saja seolah ada tangan yang sengaja menjatuhkannya dari langit lalu secara
akurat mendarat diatas kepala saya yang nyaris plontos. Tanpa ada yang
menghalangi, dia merasuki otak saya lalu mencair dan mengalir melalui seluruh
jaringan syaraf menuju ke sekujur tubuh saya. Seolah terkena sengatan setrum
listrik, seluruh sel didalam setiap organ tubuh saya tertegun. Mengapa harus
memuliakan bawahan?
Jika Anda bertemu orang yang jabatannya lebih
tinggi; sangat mudah menghormati mereka. Tetapi, sungguh sangat sulit untuk
menghormati bawahan. Jika Anda bertemu dengan pelanggan, maka Anda bersikap
seramah mungkin kepada mereka, bukan? Anda melayani apapun yang diinginkannya
dengan wajah penuh senyum dan semangat keikhlasan yang paling tinggi sampai
pelanggan itu pulang. Setelah itu, Anda kembali ke ruang kerja dimana
disepanjang koridor yang Anda lintasi ada banyak anak buah dilewati. Selama
melintas itu sebagai atasan merasa memiliki derajat yang lebih tinggi karena
memang kita ini adalah bos. Anda tidak demikian? Bagus sekali. Sekarang,
tinggal bagaimana melakukannya secara konsisten. Dan untuk bisa konsisten, kita
perlu terus melatih diri. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar
memuliakan bawahan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 prinsip Natural
Intellligence berikut ini:
(coolspotters.com) |
Tanpa mereka, kita bukan siapa-siapa.
Coba ingat-ingat kembali suasana ketika
beberapa orang yang Anda pimpin tidak masuk kantor karena sakit, atau cuti,
atau alasan lainnya. Bagaimana Anda menangani tugas-tugas yang mereka
tinggalkan? Apakah Anda bisa memperoleh data-data yang diperlukan secepat
seperti bisanya? Apakah team Anda bisa menyelesaikan penugasan sama banyaknya?
Apakah group Anda bisa meraih pencapaian yang sama tingginya? Apakah Anda bisa
melayani pelanggan yang sama banyaknya? Setinggi apapun jabatan kita, tidak
memiliki banyak makna tanpa kehadiran orang-orang yang kita pimpin yang selama
ini menentukan keseluruhan kinerja yang kita raih. Itu membuktikan bahwa tanpa
mereka, kita ini bukan siapa-siapa.
Pelangganpun tidak lebih penting dari bawahan.
Apakah pelanggan penting? Tidak diragukan lagi.
Lantas, apakah bawahan kita sedemikian pentingnya? Oh, itu benar, meski belum
disadari banyak atasan. Sekarang, bayangkan seandainya orang-orang yang kita
pimpin tersakiti hatinya oleh perilaku kita. Dapatkah mereka melayani pelanggan
dengan sebaik-baiknya? Jika suatu saat Anda mendatangi suatu kantor, lalu orang
di kantor itu memperlakukan Anda sebagai pelanggan dengan cara yang tidak
patut; maka bisa dipastikan jika orang itu tidak diperlakukan dengan baik oleh
atasannya. Sungguh, perilaku melayani pelanggan dengan buruk seperti itu
pulalah yang akan diterapkan oleh anak buah kita jika sebagai atasan kita tidak
memperlakukan mereka dengan baik. Jadi meskipun pelanggan itu penting, mereka
tidak lebih penting dari bawahan untuk kita muliakan dengan sama baiknya.
www.gruphardys.com |
Merekalah yang paling berjasa pada karir kita.
Selama bekerja, saya mengalami kenaikan jabatan yang
relatif cepat. Selama itu pula saya menganggap bahwa saya ini orang yang hebat.
Terbukti dengan tangga karir saya yang terus melesat. Padahal, tidak ada
satupun pencapaian karir yang benar-benar kita raih sendiri. Jika jabatan Anda
naik lagi, itu tentu karena prestasi kepemimpinan Anda pada posisi sebelumnya.
Tetapi coba perhatikan sekali lagi, bagaimana Anda bisa meraih semua pencapaian
itu? Bukankah semua terjadi karena kerja keras orang-orang yang Anda pimpin?
Jadi jika ada orang yang paling berjasa dalam memajukan karir Anda, maka para
bawahan Anda adalah orangnya.
Sumber kerendahan hati yang tinggi.
Jika kita santun kepada orang yang lebih
tinggi, maka itu sama sekali bukanlah ciri kerendahan hati. Itu bisa dengan
mudah dilakukan baik dengan sukarela ataupun terpaksa. Tetapi, santun kepada
orang-orang yang lebih rendah merupakan tantangan kelas tinggi. Kenapa gue
mesti sopan pada anak buah? Untuk sekedar sopan saja rasanya kok tidak logis,
ya? Apalagi untuk melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Maka menjelmalah hidup
kita menjadi ironi bagi ilmu padi; semakin berisi, semakin merunduk. Kita? Semakin
berisi, semakin tinggi hati. Entah mengapa. Yang jelas, begitu kita naik
jabatan, rasanya derajat kita memang sudah lebih tinggi dari mereka. Lalu kita
dibisiki oleh kata hati dan perilaku yang merendahkan. Padahal, rendah hati
kepada mereka menunjukkan budi pekerti yang tinggi.
Bukan ‘melayani atau dilayani’, tapi ‘saling
melayani’.
Kepemimpinan egaliter dicirikan oleh adanya
kesamaan derajat dan harkat martabat antara atasan dengan bawahannya. Banyak
pemimpin yang lupa melayani, karena memposisikan dirinya untuk terus dilayani.
Meski sudah menjadi tugas bawahan untuk melayani atasannya, tetapi atasannya
juga berkewajiban untuk melayani kebutuhan dan hak-hak para bawahan. Kita
sering merasa sudah menjadi pemimpin yang baik. Padahal tak seorang pun bisa
menjadi pemimpin yang baik seperti klaim pribadinya jika tidak mau melayani
bawahannya. Apakah Anda pernah mendengar sekelompok bawahan yang mengajukan
mosi tidak percaya kepada atasannya? Atau sekedar tidak menaruh rasa hormat?
Itu adalah indikasi bahwa kemuliaan seorang atasan sangat ditentukan oleh
kemampuannya untuk memuliakan bawahannya. Mengapa? Karena atasan dan bawahan
ada untuk saling melayani.
Jika hari ini Anda masuk kantor dan bertemu
dengan bawahan Anda, maka cobalah ubah cara pandang Anda pada mereka. Mulai
sekarang, posisikan diri Anda setara dengan mereka, dan mulailah untuk lebih
banyak melayani mereka. Selama ini, mereka sudah banyak melayani Anda. Saatnya
Anda untuk membalas semua pelayanan mereka dengan kemuliaan yang Anda bangun
untuk mereka. Percayalah, orang-orang yang Anda pimpin itu akan secara refleks
dan sigap membalas perlakuan agung Anda kepada mereka dengan pelayanan dan kesetiaan
yang jauh lebih tinggi dari mereka. Dan Anda, akan menjadi pemimpin yang bukan
sekedar ditakuti, dipatuhi atau diikuti. Anda, akan menjadi pemimpin yang
mereka rindukan dan cintai. Dan jika para bawahan berdoa untuk para atasannya,
maka pasti isi doanya sangat ditentukan oleh perlakuan atasannya kepada mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar