by: Dadang Kadarusman
Hari ini bangun pagi Anda gampang apa susah? Maksudnya gampang adalah; ketika alarm berbunyi Anda langsung bangun, ataukah hanya menggeliat lalu mematikan alarm itu. Dan kemudian menarik selimut lagi. Atau barangkali Anda sudah menggunakan alarm biologis yang tertanam dialam bawah sadar Anda, sehingga apapun situasinya; Anda bangun pada jam yang sama setiap harinya. Setelah bangun, bagaimana dengan mandi Anda? Lalu mengenakan pakaian kerja kan tentu saja. Nah, setelah berpakaian lengkap itu. Apakah Anda langsung berangkat ke kantor dengan penuh gairah? Ataukah, menghela nafas panjang dengan berat. Karena terbayang dalam benak Anda; jalanan yang macet, dan betapa beratnya memulai kerja kembali di hari senin ini? Heh, kenapa sih kok nanya sampai sedetil-detil itu? Usil banget ya saya ini. Kalau begitu, saya tarik kembali pertanyaan-pertanyaan itu. Tolong direnungkan saja ya. Tapi tak usah deh. Lupakan saja….
Hari ini. Di sebuah rumah petak yang disewa bulanan. Seorang lelaki tengah termangu. Duduk saja didepan teras rumahnya yang meski sederhana sekali, namun ditata asri. Tidak seperti kebanyakan rumah petak pada umumnya yang belibet dengan jemuran dan tumpukan kardus disana sini. Dirumah petak ini, semua serba rapi. Termasuk kepala keluarga penghuninya yang sudah rapi. Dengan seragam kantornya. Yang biasa dia kenakan setiap hari.
Tapi ada yang tidak biasa disini. Jika biasanya lelaki paruh baya itu langsung berangkat kerja setelah berdandan rapi itu. Tapi hari ini. Proses keberangkatan itu tidak terjadi. Dia hanya duduk saja didinding setinggi setengah meter yang memisahkan rumah petak yang disewanya dengan rumah petak lain disebelahnya. Senyum dan keramahannya memang masih terlihat diwajahnya. Tapi. Wajah yang sudah dihiasi kerutan disana sini itu tidak bisa menyembunyikan kegundahan dihatinya.
Lagi pula, mengapa mesti disembunyikan. Para tetangga juga sudah mengetahuinya. Jangankan tetangganya. Seluruh pemirsa televisi di seantero negeri juga sudah tahu apa yang terjadi. Perusahaan tempatnya bekerja baru saja dinyatakan pailit oleh pengadilan. Sehingga secinta apapun dia kepada profesinya sebagai sopir perusahaan, tetap saja tidak bisa menjadikan dirinya tetap bisa bekerja hari ini. Keputusan itu datang sedemikian mendadaknya. Laksana insan yang wafat karena serangan jantung saja, perusahaan itu tiba-tiba tidak lagi bisa beroperasi. Padahal, kemarin sore; mereka masih bekerja seperti biasanya.
Saya tidak akan menceritakan perusahaannya apa. Karena selain tidak perlu, kemungkinan besar juga Anda sudah tahu. Kalau pun Anda belum tahu, maka ketahuilah mulai saat ini juga bahwa perusahaan bisa dinyatakan pailit kapan saja tanpa diketahui sebelumnya oleh sebagian besar karyawannya. Kebanyakan karyawan adalah mereka yang tidak mengetahui masalah apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh perusahaan tempatnya bekerja. Anda misalnya. Apakah tahu persis masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan tempat Anda bekerja? Jika Anda bukan pejabat elit perusahaan, maka kemungkinan besar; Anda tidak mengetahuinya.
Seperti lelaki paruh baya sederhana yang saya ilustrasikan itu. Seorang karyawan biasa, yang sehari-harinya mengabdikan diri kepada profesinya. Dan hari ini, dia tidak bisa lagi mencurahkan dedikasinya. Karena, kantornya tutup. Semua hal yang masih dimilikinya saat ini hanyalah sebuah pertanyaan; “Bagaimana nasib kami selanjutnya?”
Sekalipun begitu, Anda tidak perlu merasa iba membaca kisah ini. Karena rasa iba kita sama sekali tidak bisa mengubah keadaan. Lantas, apa tujuan saya menceritakan ini? Memang sih, inginnya melakukan sesuatu untuk menolong mereka. Tetapi apa daya kita? Semua kejadian itu berada di luar jangkauan kita. Kalau pun kita bisa melakukan sesuatu adalah; berupaya sekuat tenaga, agar perusahaan tempat kita bekerja mempunyai kinerja keuangan yang sehat. Supaya tetap bisa beroperasi, dan kita tetap bisa bekerja disana.
Jelas sekarang ya. Kenapa saya menceritakan hal ini? Bukan untuk mengundang iba Anda kepada sahabat dan teman kita yang terkena dampak tidak enak atas vonis pailit perusahaan itu. Melainkan untuk mengajak Anda kembali memperbaharui gairah Anda dalam bekerja, sampai seperti dulu ketika Anda pertama kali diterima bekerja dikantor itu. Dulu, Anda antusias sekali bukan? Dan Anda, sangat menghargai pekerjaan Anda. Itu dulu. Ketika Anda baru diterima bekerja disitu. Bagaimana dengan beberapa tahun kemudian, alias sekarang? Masihkah Anda memiliki gairah dan antusiasme itu?
Sahabatku, mungkin memang bukan tanggungjawab kita untuk memastikan keberlangsungan operasional perusahaan. Itu tanggungjawab Board of Directors. Tapi, ketahuilah bahwa sekecil apapun peran kita di perusahaan itu, kita punya peranan yang sangat penting untuk membuat perusahaan itu bertahan. Sederhananya begini. Jika setiap orang di perusahaan bekerja bersungguh-sungguh. Terus berdedikasi tinggi kepada pekerjaannya. Maka perusahaan itu punya peluang yang lebih besar untuk meraih laba. Dan dengan raihan laba itu, maka perusahaan lebih mungkin untuk bisa terus bertahan. Bahkan berkembang lebih besar lagi.
Mungkin memang salah Board of Director yang keliru menerapkan strategi bisnis. Tapi sudahlah. Itu bukan bagian dari kewenangan kita. Nanti, jika Anda sudah masuk kedalam jajaran BOD itu, barulah Anda mengurusi soal itu. Kalau sekarang Anda belum mencapai level itu; maka sebaiknya fokuskan saja seluruh usaha dan kegigihan kerja Anda pada peran Anda. Mumpung saat ini perusahaan tempat Anda bekerja masih baik-baik saja. Maka mari kita jaga. Dan rawat keberlangsungan bisnisnya dengan bekerja sebaik-baiknya. Berdedikasi sebagus-bagusnya. Dan berkontribusi setinggi-tingginya.
Mumpung kita masih bisa bekerja disini sahabatku. Karena jika perusahaan ini tidak kunjung untung karena kurangnya gairah kerja kita, maka kemungkinan tidak akan bisa bertahan lama. Atau, tetap beroperasi sih. Tapi kondisinya ya begitu-begitu saja. Mari sekali lagi saya mengajak Anda; bekerjalah sebaik-baiknya didalam porsi, posisi dan fungsi masing-masing. Agar sumber mata pencaharian kita ini lestari.
“Ah, gue kan kerja di perusahaan besar yang bonafid!” mungkin begitu Anda berkilah. “Aman. Nggak mungkin pailit.”
Masih ingatkah Anda dengan Lehmann Brothers? Perusahaan itu dikenal sebagai organisasi bisnis keuangan yang kaya raya lho. Besar. Dan terkenal di seluruh penjuru dunia. Umurnya 180 tahun, ketika dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga Amerika pada tahun 2008 lalu. Mengejutkan? Tidak. Jika sebagai karyawan, kita semua selalu sadar akan kemungkinan itu. Dan selalu berusaha agar bisa terhindar dari kejadian seperti itu. Jadi, mari sama-sama berkontribusi untuk membuat perusahaan kita tetap kuat dan sehat. Agar perusahaan kita tidak bernasib sama seperti perusahaan-perusahaan yang dinyatakan pailit itu. Caranya bagaimana?
Sederhana saja.
Mulai dengan mengusir rasa malas ngantor yang sering menghinggapi benak kita. Berangkatlah ke tempat kerja dengan tekad yang bulat untuk berkarya sebaik-baiknya. Dan memberikan sumbangsih sebesar-besarnya demi kebaikan perusahaan. Dan jika perusahaan itu semakin membaik, bukankah kita akan kebagian nikmatnya juga? Minimal, kita bisa terus mengenakan pakaian kerja itu. Lalu berangkat ke kantor, tanpa kekhawatiran; apakah hari ini kantor kita masih buka atau tidak? So my friend, tidak ada lagi perasaan ‘males ngantor’ didalam hati kita ya? Insya Allah.
Source:
Dan sebagai penutup, mari Kita simak clip berikut:
by Cicik Resti Consultan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar