By Dadang Kadarusman ⋅
Ini adalah salah satu kalimat paling popular diantara kita;”Jika bisa
di bikin sulit, mengapa dibuat mudah…?” Awalnya kita hanya menganggap
itu sebagai sindiran. Lalu berubah menjadi guyonan. Kemudian berevolusi
menjadi kebiasaan yang menggoda kita untuk melakukannya juga. Maka tidak
heran jika semakin hari, semakin jarang kita temukan orang-orang yang
melayani dengan semangat untuk memudahkan urusan orang lain. Cobalah
ingat-ingat kembali, mana yang lebih banyak Anda rasakan; pelayanan yang
memudahkan urusan Anda atau sebaliknya?
Istri saya memiliki pengalaman menarik. Suatu ketika dia menemani
ibunya untuk kebutuhan pelayanan kesehatan di tempat yang jauh. Dia
sudah membawa ibu kami ke berbagai tempat, sehingga mempunyai referensi
pelayanan dari pengalaman sebelumnya. Di tempat terakhir ini, dia
mendapatkan pengalaman berbeda. Sebagai orang baru dia tidak mengenal
budaya setempat. Bukan itu saja, beberapa kelengkapan administrasi tidak
terbawa pula. Apa yang terjadi? Dia diminta untuk duduk di ruang
tunggu, sedangkan ‘semua urusan’ ditangani oleh seseorang yang
melayaninya di tempat itu. “Kenapa sih tempat kita sendiri aku tidak
menemukan pelayanan seperti ini?” begitulah kalimat yang dilontarkannya.
Jawabannya sederhana saja; kita tidak terbiasa untuk memudahkan urusan
orang lain. Bagi Anda yang tertarik untuk menemani saya belajar
memudahkan urusan orang lain, saya ajak untuk memulainya dengan
menerapkan 5 prinsip Natural Intellligence berikut ini:
1. Mulailah dengan tujuan yang tepat dalam bekerja.
Apa tujuan Anda bekerja?. Uang? Bagus. Namun berhati-hati dengan efek
sampingnya. Misalnya, meminta imbalan yang tidak seharusnya Anda terima.
Terimalah hanya uang yang memang sudah menjadi hak Anda. Uang sering
menjadi ukuran ‘seberapa bersedianya kita memudahkan urusan orang lain”.
Maka bekerja dengan tujuan uang, bisa menjadikan kita orang yang benar
atau salah. Bagaimana kalau kita mengganti tujuan bekerja itu dari
sekedar uang, menjadi ‘ibadah’? Dengan niat itu Anda sudah pasti
mendapatkan uang yang menjadi hak Anda sepenuhnya. Tidak akan dikurangi.
Dan dengan niat ibadah itu, kita bisa memposisikan diri untuk melayani.
Maka bagi orang yang niatnya bekerja adalah ibadah, sangat mudah untuk
memudahkan urusan orang lain. Karena dalam ibadah, kinerja kita
tercermin dari kemudahan yang dirasakan oleh orang-orang yang kita
layani. Jika didalam hati kita masih ada bisikan untuk
‘melambat-lambatkan’ yang bisa cepat, mungkin niat bekerja kita belum
tepat. Jika dalam bekerja kita ‘mengabaikan kepentingan orang lain’,
mungkin niat kita masih salah. Jika kita hanya mau memudahkan urusan
orang lain jika dan hanya jika mereka memberi ‘imbalan’ tambahan diluar
hak kita; maka boleh jadi; tujuan kita dalam bekerja belum diubah
menjadi ‘ibadah’.
2. Bangunlah reputasi yang baik untuk diri sendiri.
Mari kita coba perhatikan semua orang atau semua departemen di kantor
kita. Ada departemen yang mudah untuk diajak bekerja sama. Ada juga
departemen yang semua orang juga tahu betapa sulitnya untuk bekerjasama
dengan mereka. Kita juga bisa melihat hal itu di tingkat individu. Ada
orang-orang yang kita semua kenal dia sebagai pribadi yang senang sekali
menolong orang lain. Ada yang dikenal sebagai orang usil. Ada yang
pemarah. Rajin. Malas. Dan ada pula orang-orang yang dikenal sebagai
orang yang paling gemar menyusahkan orang lain. Kata ‘dikenal’ yang saya
sebut berulang-ulang itu mengindikasikan reputasi. Sebab reputasi
merujuk kepada “bagaimana kualitas pribadi seseorang ‘dikenal’ oleh
orang lain”. Selalu bersedia memudahkan urusan orang lain adalah salah
satu kualitas yang mutlak harus dimiliki oleh siapa pun yang ingin
memiliki reputasi yang baik. Mengapa? Karena reputasi kita dinilai oleh
orang lain, bukan kita sendiri yang mengklaimnya. Apakah Anda ingin
memiliki reputasi pribadi yang baik? Jika ya, maka mulailah dengan
membiasakan diri untuk memudahkan urusan orang lain.
3. Tetaplah menegakkan prosedur dan kedisiplinan.
Kadang-kadang kita suka menjerumuskan diri kedalam sudut pandang
negatif. “Kalau kita memudahkan urusan orang lain berarti kita melanggar
prosedur,” kita bilang. Kita berpikir begitu, mungkin karena kita belum
bisa keluar dari kebiasaan buruk untuk melanggar prosedur. Padahal,
memudahkan urusan orang lain tidak selalu harus melanggar prosedur.
Justru untuk memudahkan urusan orang lain, kita harus menegakkan
prosedur; baik yang tertulis maupun yang sudah menjadi norma umum.
Misalnya, first come, first serve. Yang pertama datang, itulah yang
dilayani. Atau mengacu kepada KPI. Misalnya, dokumen di meja kita harus
segera keluar paling lambat dalam 1 hari. Semua permintaan disposisi
dari departemen lain harus sudah selesai selambat-lambat dalam 3 hari.
Justru dengan mengikuti prosedur itu kita bisa memudahkan urusan orang
lain, karena prosedur dibuat untuk memudahkan urusan semua orang. Jika
ada orang yang menegur Anda karena menegakkan prosedur, Anda tidak akan
pernah dipersalahkan.
4. Gunakan judgement profesional dan buatlah pengecualian.
Prosedur di perusahaan tidak selalu bisa mengakomodasi situasi khusus.
Orang-orang yang tugasnya berhubungan dengan pihak luar tahu benar
tentang hal ini. Sayangnya, seringkali tidak dimengerti oleh orang-orang
supporting function. Makanya, orang yang berhubungan dengan pihak luar
sering tergencet diantara kewajiban untuk melayani pihak luar dengan
kengototan membabi buta orang dalam. Jika Anda yang orang dalam itu,
maka saya ingin mengajak untuk belajar menggunakan judgment profesional
Anda. Kita bukanlah robot yang bekerja sesuai dengan ‘setelan’ program.
Kita adalah manusia yang memiliki kemampuan untuk menilai dan mengambil
keputusan. Perhatikanlah jika teman Anda didepartemen lain meminta
pengecualian pada kondisi khusus. Janganlah bersembunyi dibalik kata
‘prosedur’. Justru kengototan kita bisa merusak reputasi perusahaan.
“Maaf Bung, prosedurnya 14 hari kerja,” misalnya. Gunakan kemampuan
berpikir dan pengambilan keputusan Anda, maka Anda akan tahu bahwa;
menyelesaikannya dengan lebih cepat menjaga reputasi perusahaan dimata
pihak luar yang menjadi mitra bisnis atau pelanggan Anda. Lagipula,
logika umum mengatakan bahwa dalam hal melayani berlaku hukum;”lebih
cepat, lebih baik’. Maka gunakanlah judgment profesional Anda.
5. Balaslah keburukan dengan kebaikan.
Ada juga
orang yang menyulitkan orang lain karena mereka merasa kesal kepada
orang itu. Misalnya, “orangnya jutek, ngapain saya mudahin!” Lho, yang
jutek salah satu atau keduanya ya? Ada juga yang bilang;”Dia
kebiasaannya mau cepat melulu, biar kita lambatin aja sekalian…” Ada lho
orang yang berprinsip demikian. Mereka hanya memikirkan untuk
‘membalas’ orang yang tidak ‘cocok’ dengannya tanpa mempertimbangkan
dampaknya bagi orang-orang lain yang tidak kelihatan. Ketika kita
membuat susah satu orang dikantor, mungkin efeknya terbawa ke rumah.
Disana mungkin ada istri yang sedang hamil. Atau anaknya yang demam.
Balita yang membutuhkan susu. Atau, mungkin ada anak yatim yang
menantikan sesuatu. Kita tidak pernah tahu. Maka perlakuan buruk kita
kepada orang yang tidak kita sukai itu telah salah sasaran. Dan kita
jadi berdosa kepada mereka. “Tapi, saya tidak suka dengan cara orang itu
menyuruh-nyuruh saya. Bos saya juga nggak gitu-gitu amat!” Apakah Anda
pernah mendengar kalimat itu? Sounds familiar, ya. Hey, ingatlah bahwa
kita hidup bukan untuk saling berbalas keburukan. Anda adalah orang
baik. Maka janganlah ikut terseret untuk meninggalkan sikap dan perilaku
baik. Bahkan jika orang lain melakukan keburukan kepada Anda. Balaslah
keburukan mereka dengan kebaikan. Mengapa? Karena Anda adalah orang
baik.
Memang tidak mudah untuk memudahkan urusan orang lain. Khususnya
memudahkan mereka yang menurut penilaian kita sering menyulitkan kita.
Sulit juga untuk memudahkan urusan orang yang suka meminta kita
cepat-cepat. Tetapi, bukankah nilai diri kita meningkat semakin tinggi
justru ketika kita bisa membuat mudah urusan mereka? Jika hati Anda
masih terganjal oleh kedongkolan atas perilaku mereka yang hendak Anda
mudahkan urusannya itu, barangkali nasihat dari guru kehidupan saya bisa
menjadi bahan renungan. Beliau mengatakan;”Siapa saja yang selama
hidupnya gemar memudahkan urusan orang lain, Maka Allah akan memudahkan
segala urusannya di dunia dan diakhirat.” Oh, siapakah gerangan yang
bisa memudahkan urusan kita secara sempurna selain Dia Yang Maha Kuasa?
Maukah Anda dimudahkan urusannya oleh Tuhan? Jika demikian, belajarlah
untuk memudahkan urusan orang lain.
Source :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar